Menjadi Pemimpin, Antara Pilihan dan Konsekuensi

- 3 Juli 2021, 13:55 WIB
Foto Penulis./dok.istimewa
Foto Penulis./dok.istimewa /

Terlalu panjang kalau saya kutip semuanya, saya ingin bagikan satu lagi saja dari sahabat almarhumah:

"Saya benar-benar speechless, entah harus menyampaikan apa. Setiap kali ingat almarhumah saya selalu meneteskan air mata. Interaksi saya dg almarhumah. memang tidak intens, tapi karena keluarga kita sudah saling berkunjung saya jadi melihat betapa dekat dan hangatnya kekeluargaan kita. It breaks my heart.. dan saya pun jadi terpikir tentang keluarga kami sendiri. bagaimana kalau..bagaimana kalau..."

Rumah saya hanya sekitar seratus meter dari jalan raya utama. Raungan suara ambulans yang hilir mudik sangat intens terdengar hampir setiap lima belas menit sekali, berbeda dari biasanya.

Siapa dan harus mengambil sikap seperti apa, disaat-saat situasi genting seperti sekarang ini?

Ada quote yang disampaikan seorang arif, "Musibah bukan semata-mata ujian bagi yang terdampak secara fisik, musibah juga ujian bagi yang ‘selamat’. Yang terdampak secara fisik diuji kesabarannya, yang ‘selamat’ di uji rasa kemanusiannya".

Baca Juga: Semoga Tenang di Sisi-Nya, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan Berduka: Sedih Sekali Saya Mendengarnya

Kepada para pemimpin dalam formasi dan level manapun, utamanya pemimpin pemerintahan yang memiliki kewenangan mengambil kebijakan:

Masihkan Anda belum yakin bahwa Extra Ordinary Policy saat ini, sudah sangat mendesak untuk dikeluarkan?

Jika Anda, keluarga Anda atau orang-orang yang Anda kasihi, saat ini dalam posisi sebagai orang-orang yang tidak terdampak dan ‘selamat’ secara fisik, maka secara hakiki rasa kemanusiaan dan posisi Anda dihadapan Tuhan Anda sedang diuji.

Kami memahami kerepotan yang sedang Anda hadapi, kegelisahan, dan kepanikan dihadapan semua situasi ini. Masalahnya semua adalah pilihan, yang konsekuensinya harus diterima.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x