GENERASI Z = GENERASI PETANI

- 18 Juli 2021, 09:05 WIB
Ilustrasi petani.
Ilustrasi petani. /Agus Triyanto/Pixabay/



BERDASARKAN catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020 ada sekitar 33,4 juta petani yang bergerak di semua komoditas sektor pertanian. Angka tersebut jumlahnya jauh lebih kecil jika dibandingkan jumlah petani pada 2019 yang mencapai 34,58 juta.Jika dibanding 2018 jumlah itu juga turun yang tercatat 35,70 juta orang.

Tak pelak jika regenerasi petani butuh perhatian serius dari pemerintah untuk menghadirkan petani baru yang berusia muda penting dilakukan sebagai bentuk antisipasi. Di wilayah negara agraris ini ternyata jumlah petani makin menyusut jumlahnya.

Dalam tiga tahun belakangan ini saja, berdasarkan data BPS tadi jumlah petani di Indonesia terus mengalami penurunan. Tenaga kerja pertanian di dominasi oleh orang-orang dewasa atau tua, generasi muda masih sedikit. Jumlah petani yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 6,61 juta atau sekitar 17.29 %. Jumlah sisanya terbagi pada kelompok umur di atas 30-44 tahun sampai dengan usia di atas 60 tahun.

Menurut catatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) (2018), lapangan-lapangan usaha pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan merupakan tiga besar penyerapan angkatan kerja Indonesia. Pada angkatan kerja yang berada dalam kelompok umur 15-37 tahun (pada laporan yang diacu disebut generasi milenial), persentase generasi milenial pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan menurun dari 25,78 persen pada tahun 2015 menjadi 21,95 persen pada tahun 2017.

Sebaliknya generasi milenial yang bekerja di sektor industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor masing-masing meningkat dari 17,06 persen dan 19,79 persen pada tahun 2015 menjadi 17,43 persen dan 20,02 persen pada tahun 2017. Sebagai salah satu negara agraris di Asia Tenggara, fakta empiris ini merupakan satu indikasi awal sektor pertanian di Indonesia mulai kehilangan daya tariknya bagi generasi milenial yang dapat bermuara pada terancamnya keberlanjutan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Baca Juga: Kanwil Kemenkum Jabar Terus Gencar Razia Handphone, Narkoba dan Benda Terlarang di Kamar Hunian

Mengutip dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, rendahnya minat kalangan generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian disebabkan beberapa faktor antara lain sebagai berikut :

1. Adanya anggapan bahwa usaha tani ini adalah sebagai bidang pekerjaan pilihan terakhir dibandingkan jenis pekerjaan lainnya, jadi kaum milenial merasa gengsi jika bekerja menjadi petani.

2. Rendahnya penguasaan lahan pertanian akibat sistem bagi waris, yang menyebabkan usahatani dianggap tidak layak untuk menjamin kebutuhan hidup.

3. Pendapatan dari hasil pertanian tidak menentu serta faktor resiko kerugian yang tinggi.

Berbagai permasalahan penyebab rendahnya minat generasi harus dicari solusinya. Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1998-2010 sehingga saat sekarang mereka berada di masa-masa kuliah atau sekolah.

Dengan Kondisi bisa dimanfaatkan untuk memberi pencerahan tentang pentingnya keberlangsungan pertanian dengan melibatkan diri mereka sebagai pelaku utama pertanian.

Diharapkan generasi Z lebih banyak yang menempuh pendidikan berkaitan dengan pertanian dalam pengertian secara luas, agar terjadi regenerasi pertanian demi program pertanian juga ketahanan pangan nasional untuk kesinambungan hidup.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x