Polisi Enggan Sowan ke Warga NU, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo: Itu Sama Saja Tak Hormati Saya

- 28 Januari 2021, 21:04 WIB
Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo Bersilaturahim ke PBNU dan diterima Langsung oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dan di dampingi oleh pengurus PBNU.
Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo Bersilaturahim ke PBNU dan diterima Langsung oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dan di dampingi oleh pengurus PBNU. /Twitter.com/@nahdlatululama/


GALAMEDIA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan jika ada polisi di daerah yang enggan bertemu dengan warga Nahdlatul ulama (NU) atau Nahdliyin, maka itu sama saja tidak menghormati dirinya.

"Karena saya saja sowan ke PBNU,” ucap Listyo Sigit saat sowan kepada KH Said Aqil Siroj di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),  Kamis 28 Januari 2021.

Ia pun mempersilakan warga NU di daerah untuk berkoordinasi dengan Kapolda, Kapolres, dan Kapolsek di setiap wilayah untuk bekerja sama saling menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

“Karena saya yakin banyak program yang bisa dikerjasamakan untuk upaya pemeliharan Kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat). Nanti kalau ada yang tidak mau menemui tinggal laporkan saja ke Kadiv Propam (Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan) Mabes Polri,” ungkap Sigit.

“Kadiv Propam itu polisinya polisi. Jadi kalau masyarakat takutnya sama Reserse, kalau polisi takutnya sama Kadiv Propam (Brigjen Fredy Sambo),” jelas Sigit dengan nada guyon, saat Kiai Said bertanya soal kepanjangan dan tugas Kadiv Propam.

Baca Juga: Panggil Erick Thohir, Wapres Ma'ruf Amin Minta Kementrian BUMN Dukung Program Wakaf Uang

Listyo Sigit Prabowo memang dikenal kerap bersilaturahim dengan Nahdliyin maupun pengurus NU. Seperti ketika usai dilantik sebagai Kapolda Banten, ia sowan ke PWNU Banten.

Bahkan meskipun menjadi Kapolda, Listyo Sigit tak segan untuk menghadiri pelantikan pengurus NU di tingkat cabang atau PCNU. Misal ketika menghadiri pelantikan pengurus PCNU Serang, Banten.

Listyo Sigit mengatakan, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) diperlukan adanya sinergi antara umara (pemerintah), ulama, dan tokoh masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan dan menjaga stabilitas kamtibmas.

“Sebab faktor kunci utama supaya pertumbuhan ekonomi bisa berjalan jika kamtibmas bisa terjaga dan itu hanya bisa dilakukan dengan bersinergi,” bebernya.

Sigit pun berharap, anggota-anggota kepolisian di seluruh Indonesia diisi oleh orang-orang yang ahli dan paham ilmu agama.

Baca Juga: Lulusan Pesantren Bisa Jadi Polisi, Said Aqil Siroj Sebut Listyo Sigit Prabowo Sebagai Warga Nahdlatul Ulama

Ia akan menyambut dengan gembira jika anggotanya terpilih dari lulusan madrasah dan pesantren.

Terlebih, lanjutnya, apabila di daerah-daerah yang terpilih sebagai anggota polisi adalah putra dari tokoh kiai dan ulama setempat.

“Sehingga pada saat direkrut dan kelak menjadi polisi yang mengabdi, tentu pasti akan disegani,” katanya.

Anggota polisi yang seperti itu diyakini bisa menjadi polisi yang dihormati dan disayangi masyarakat. Sebab mampu menguasai agama, sehingga ketika bicara maka masyarakat akan dengan sendirinya memahami tanpa polisi harus menggunakan pistol.

“Ke depan seperti itu. Kita ingin polisi bisa tegas tapi humanis, tanpa menggunakan kekuatan yang kita miliki, sehingga masyarakat bisa memahami pada saat kita memberi pemahaman,” katanya.  

“Sekali lagi, terima kasih atas waktu dan tempat. Kami mohon izin untuk selanjutnya melanjutkan kerja sama yang sudah ada. Bahkan semakin kuat dan erat, sehingga Polri dan NU bisa sama-sama menjaga negara kesepakatan ini,” imbuh Sigit.

Baca Juga: Resmi! Menpan RB Tjahjo Kumolo Larang ASN Dukung FPI

Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyambut baik rencana ke depan Kapolri yang akan merekrut anggota kepolisian dari lulusan madrasah, pesantren, dan menguasai ilmu agama dengan kemampuan membaca kitab kuning.

Menurut Kiai Said, ajakan Kapolri tentang kewajiban anggota polisi untuk baca kitab kuning itu adalah sebuah upaya untuk mempertahankan budaya. Sebab Indonesia adalah negara yang memiliki peradaban, khazanah, kebudayaan, dan kekayaan yang luar biasa.

“Termasuk soal kitab kuning itu yang secara turun-temurun dan dilestarikan oleh para walisongo dan para ulama. Maka budaya harus kita jadikan sebagai infrastruktur agama. Di atas infrastruktur budaya itu ada agama,” tegas Kiai Said.

“Dengan begitu, agamanya kuat dan budayanya akan menjadi langgeng,” pungkasnya.

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x