Produksi Video Mesum, Predator Anak asal Prancis Telan Sebanyak 305 Korban asal Jakarta

- 10 Juli 2020, 09:01 WIB
 Bule asal Prancis Francois Abello Camille mengenakan baju tahanan berwarna oranye.
Bule asal Prancis Francois Abello Camille mengenakan baju tahanan berwarna oranye. /

GALAMEDIA - Predator anak asal Prancis Francois Abello Camille (65) terungkap telah memakan korban sebanyak 305 anak. Bermodalkan perlengkapan fotografi, Frans menawarkan jasa fotografer kepada anak-anak jalanan yang usianya mayoritas di bawah umur dengan iming-iming jadi fotomodel.

"Polda Metro Jaya berhasil melakukan ungkap kasus eksploitasi secara ekonomi dan seksual terhadap anak di bawah umur yang dilakukan warga negara asing. Sebagaimana kita ketahui, akhir-akhir ini marak kejahatan terhadap eksploitasi kekerasan seksual anak," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana di Polda Metro Jaya pada Kamis (9/7/2020).

Kejahatan bule Prancis ini tercium Subdit Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Baca Juga: Siapkan Anggaran Rp24 Miliar, Kemenparekraf Kembali Buka Pendaftaran BIP khusus Homestay

"Kasus eksploitasi secara ekonomi atau sexual child sex groomer terhadap 305 anak di bawah umur di beberapa hotel di wilayah Jakarta. Untuk waktu, saya ambil tiga bulan terakhir yaitu sekitar Desember (2019) sampai Februari (2020), pelaku melakukan exploitasi terhadap anak di hotel O, Jakarta Barat," jelas Nana.

Frans di Indonesia tinggal di Hotel L, Jakarta Barat pada Februari hingga April 2020. Kemudian tinggal di hotel PP, Jakarta Barat pada April hingga Juni. Frans keluar-masuk Indonesia sejak 2015.

"Untuk kronologinya, Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya mendapat informasi dari jaringan dan kemudian unit ini melakukan penyelidikan dan mendatangi lokasi di Hotel PP di Jalan Mangga Besar, Taman Sari, Jakarta Barat. Pada kamar tersebut, penyidik mendapatkan WNA dalam kondisi setengah telanjang," papar Nana.

Baca Juga: Wisatawan Indonesia Tidak Termasuk 13 Negara yang Dilarang Masuk ke Italia

Saat itu, ia mengungkapkan, ada dua ABG perempuan yang sedang bersama Frans. Satu di antara ABG tersebut sudah menanggalkan seluruh pakaiannya.

"Ada juga dua anak perempuan di bawah umur dengan kondisi telanjang dan setengah telanjang," imbuhnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan penyidik, Frans sebenarnya bukanlah fotografer, meski memiliki kemampuan foto. Di negaranya, lansia ini menganggur.

"Data dari Imigrasi, tersangka berulang kali masuk. Februari 2015, yang bersangkutan sebagai turis. Selama tiga bulan terakhir, sejak masa pandemi Corona, yang bersangkutan berada di Indonesia berpindah-pindah, selalu berpindah-pindah di tiga hotel tersebut," tutur Nana.

Baca Juga: Usai Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual, Wali Kota Seoul Ditemukan Tewas di Lereng Gunung

Nana menuturkan selain diberi janji jadi fotomodel, Frans memberi imbalan uang sebesar Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta kepada korbannya. Sebelum disetubuhi, korban yang seakan hendak difoto bak model sungguhan didandani terlebih dahulu.

"Para korban ini merupakan anak jalanan perempuan yang kemudian mereka dibujuk dengan memberikan sesuatu imbalan uang. Mereka didandani makeup sehingga terlihat menarik. Kemudian mereka akan dijadikan fotomodel dan mereka akan disetubuhi," terang Nana.

Nana menyebut para korban mau diajak ke hotel oleh Frans lantaran berharap masa depannya lebih baik dengan menjadi fotomodel. Mereka pun menaruh percaya lantaran Frans merubah kamar hotelnya menjadi studio foto.

Baca Juga: 14 Hari Diisolasi, Presiden Bolivia Bersama Menkes dan Enam Menteri Lainnya Terinfeksi Virus Corona

"Dia juga memanfaatkan anak yang telah disetubuhi untuk membawa anak-anak lain. Mereka diiming-imingi akan menjadi fotomodel di kamar. Anak tersebut difoto telanjang, kemudian disetubuhi oleh tersangka," terang Nana.

Nana menjelaskan FAC tak hanya mencabuli, namun juga merekam adegan persetubuhannya dengan para korban. Korban tak menyadari lantaran FAC merekam diam-diam dengan kamera tersembunyi yang telah dia pasang di sisi kamar hotel.

"Dia menyiapkan betul, memasang video. Dalam melakukan aksinya, tersangka juga menyembunyikan kamera tersembunyi," sebut Nana.

Baca Juga: Medical Hadist, Rasulullah Bersabda Sebaik-baiknya Daging Adalah Daging Punggung

Nana mengatakan Frans bersikap tidak kooperatif saat diperiksa penyidik. Ia tak membiarkan penyidik memeriksa laptopnya hingga akhirnya tim dari Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri berhasil membuka data-data di komputer jinjing pria tua ini.

"Kami kerja sama dengan Direktorat Tindak Pidana Siber Mabes Polri untuk buka isi laptop pelaku. Lalu diperoleh data ada 305 video mesum dengan anak di bawah umur dan dilakukan oleh pelaku, hanya satu pelaku," kata Nana.

"Kemudian 305 orang ini berdasarkan data video yang ada di laptop dalam bentuk film. Ada seluruh data yang mereka videokan. Ada video tersembunyi. Dia simpan di kamar tersebut ketika melakukan action-nya," sambung Nana.

Nana mengatakan penyidik sudah berhasil mengantongi identitas 17 korban pencabulan FAC. Usia para korban beragam, dari 13 hingga 17 tahun.

Baca Juga: Serbu Desa di Tepi Barat, Pasukan Israel Tembak Mati Pemuda Palestina

"Sudah ada 17 (korban) yang dapat kami identifikasi yang memang rata-rata di antara mereka berusia ada yang 13 dan 17 tahun, memang di antara itu ya," ucap Nana.

Kini penyidik tengah mendalami motif kejahatan FAC, dan kemungkinan ekspatriat lansia itu memperjualbelikan rekaman persetubuhannya dengan para korban dalam bentuk video porno. "Apakah 305 video ini dijualbelikan? Nah ini masih kita kembangkan mereka, di kemanakan selama ini video yang mereka buat," ujar Nana.

Nana juga menambahkan, FAC kerap meminta korbannya untuk membawa korban-korban lainnya. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, penyidik menjerat FAC dengan Pasal 81 ayat 5 juncto 76 UU Nomor 1 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak.

"Ancaman maksimal pidana mati, penjara seumur hidup, penjara paling singkat 10 sampai 20 tahun," tandas Nana.

Baca Juga: Kamar Hunian Napi Lapas Banceuy Dirazia, Bertumpuk-tumpuk Barang Ilegal Ditemukan Petugas

Menteri Sosial Juliari Batubara yang turut hadir dalam konferensi pers menyatakan siap menampung korban jika para korban akan direhabilitasi. Juliari juga menyampaikan sistem peringatan dini terkait kejahatan kepada anak-anak harus ditingkatkan sebagai upaya pencegahan kasus serupa terjadi di waktu yang akan datang.

"Kami siap untuk menampung korban apabila diperlukan untuk direhabilitasi di beberapa balai di sekitar Jakarta. Tentunya apabila diberikan mandat untuk melakukan rehabilitasi kami siap. Paling mudah adalah early warning system-nya harus lebih baik," tuturnya.

Menteri berharap Frans segera mendapatkan hukuman yang maksimal. "Kami berharap proses hukum berjalan dan dapat hukuman setimpal," ujar Juliari.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x