GALAMEDIANEWS - Pembunuh berantai paling kejam di Rusia yang mengaku membunuh 83 wanita dan dijuluki Serigala Jadi-jadian atau Werewolf mengaku dirinya berharap dieksekusi dalam hukuman mati.
Sang pembunuh yang juga mantan polisi bernama Mikhail Popkov (56) itu saat ini menjalani hukuman seumur hidup di Mordovia. Ia dijatuhi hukuman setelah terbukti menghabisi lebih dari 80 korban yang banyak di antaranya juga digagahinya.
Baca Juga: Kaji Gabung BUMN Sektor Penerbangan dan Pariwisata, 8 Bandara Internasional Berpotensi Jadi Hub
Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Kamis (6 Agustus 2020) pembunuh berantai, yang belum lama mengakui dua pembunuhan lain pada tahun 1990-an itu, untuk pertama kalinya menyatakan penyesalan.
Pihak kepolisian meyakini jumlah korban Popkov lebih tinggi dari pengakuannya. Penyelidik senior yang menangani kasusnya memperkirakan angka korban melebihi 100 dan kemungkinan mendekati 200.
Baca Juga: Ketua MPR Kritik Janji Pemerintah Beri Rp 600 Ribu per Bulan ke Pegawai, Said Didu: Prank Baru Lagi?
Berbicara kepada Vesti Irkutsk tentang hidupnya, ayah satu anak itu mengatakan, “Ada saat ketika aku berpikir hukuman mati lebih baik untukku. Banyak yang harus kusesali. Sekarang aku punya banyak waktu untuk berpikir.”
Meski demikian Popkov tetap mengelak soal jumlah pasti peempuan yang dihabisinya. “Aku tidak pernah menghitung jumlah korban,” katanya singkat.
Sebelum dijebloskan di balik terali besi, Popkov beraksi dengan menggunakan mobil dinas kepolisiannya. Ia akan menawarkan tumpangan pada perempuan yang terlihat berjalan sendirian di malam hari di kota asalnya, Angarsk.
“Aku tidak bisa memberitahukan detail dari episode-episode kelam dulu tetapi semuanya sama, di kota yang sama, sore atau malam hari saat aku mabuk,” katanya. Tak menampik rasa takut akan tertangkap, Popkov melanjutkan kekejiannya.
Baca Juga: Raffi Ahmad Panik, Padahal 'Cuma' Harus Bayar Rp 22 Juta Usai Traktir 50 Orang
Sebuah video dari aparat penegak hukum menunjukkan Popkov di lokasi pembunuhan menjelaskan bagaimana dia membunuh salah satu dari dua korban yang dia akuinya baru-baru ini.
Popkov yang memaksa korban berhubungan intim mengatakan, “Kami bertengkar dan aku membunuhnya. Aku memukul kepalanya... dan dia jatuh tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan."
Letnan Kolonel Evgeny Karchevsky, penyidik utama kasus pembunuhan massal mengungkap keyakinannya terkait jumlah korban. "Aku lebih dari yakin Popkov melakukan lebih dari 100 aksi kejahatan, jika tidak mendekati 200." Tidak mungkin menurutnya Popkov mendadak berhenti beraksi.
Ada dugaan Popkov sengaja memanipulasi pengakuannya agar tetap bisa kembali ke TKP di Siberia. Di penjara Popkov saat ini menjahit seragam dan membuat masker di tengah pandemi.***