Mobile Arts for Peace Membangun Kesepahaman dan Perdamaian Melalui Metode Seni

- 28 September 2021, 08:37 WIB
Eddi Karsito
Eddi Karsito /Boedi Azwar/galamedia/

GALAMEDIA - Kepadatan penduduk merupakan masalah yang berdampak pada berbagai masalah lainnya. Di antaranya kemiskinan struktural yang berdampak pada masalah sosial dan ekonomi.

Anak-anak yang tinggal di kawasan padat penduduk, seperti di Jakarta, kerap menghadapi konflik sosial, rentan kekerasan, serta terjadinya eksploitasi seksual.

Demikian antara lain disampaikan penggiat budaya, Eddie Karsito, kepada media usai mengikuti 'Fase 1 - Acara Akhir Tahun Mobile Arts for Peace (MAP), yang berlangsung secara virtual.

“Jika hal ini tidak segera ditata, kita tidak berinvestasi pada kaum muda, dan tidak siap berkompetisi di tatanan global secara kreatif, maka Indonesia akan tertinggal dan tidak melangkah maju,” ujar Eddie Karsito.

Baca Juga: Sempat Viral Gegara Tak Terima Razia Ganjil Genap, Anggota DPRD Viani Limardi Kini Dipecat PSI karena Hal Ini

Oleh karena itu, Pendiri Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini, menyambut baik berbagai program Mobile Arts for Peace (MAP), khususnya terkait dengan masalah penanganan kaum muda.

“Mengharapkan terjalinnya kerjasama kreatif, dan produktif melalui berbagai kegiatan seni budaya. Mencegah konflik melalui metode seni teater partisipatoris, dan bentuk lainnya," katanya.

Mobile Arts for Peace (MAP), merupakan program berbasis seni dan budaya yang melibatkan kaum muda, untuk membangun kesepahaman dan perdamaian, khususnya di empat Negara; Kyrgyzstan, Rwanda, Nepal, dan Indonesia.

'Fase 1 - Acara Akhir Tahun Mobile Arts for Peace (MAP) berlangsung secara virtual. Diikuti dari Negara masing-masing oleh para penggiat kemanusiaan dari 4 negara + 1 Inggris.

Baca Juga: Imbas 3 Kali Raih Hasil Imbang, Akun Instagram Bos Persib Banjir Kritikan, FKB: Robert Alberts Sudah Habis!

Acara dibuka oleh Professor Ananda Breed sebagai Principal Investigator - Mobile Arts for Peace (MAP) dari University of Lincoln, UK - Inggris.

Acara yang berlangsung selama tiga jam tersebut dipandu oleh Miss Koula Charitonos (Open University, UK), dan Miss Helena Marambio (University of Lincoln, UK).

Menampilkan narasumber Miss Dr. Harla Sara Octarra, M.Sc, Ketua Proyek Mobile Arts for Peace (MAP) untuk Indonesia, dari Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x