Cerita Unik Kasiman sang 'Dukun Kamera' Asal Solo Jawa Tengah

- 29 Juni 2020, 15:04 WIB
  'Dukun Kamera' Kasiman di toko dan bengkel kerjanya, Kampung Menangan, Kota Solo.
'Dukun Kamera' Kasiman di toko dan bengkel kerjanya, Kampung Menangan, Kota Solo. /Tok Suwarto/

GALAMEDIA - Dalam tradisi Jawa di masa lalu, dikenal adanya orang yang disebut dukun. Pekerjaan dukun di antaranya adalah menyembuhkan orang sakit, meskipun dia tidak pernah belajar ilmu kedokteran dan tidak berpengetahuan tentang obat-obatan.

Kecuali dukun semacam itu atau dukun bayi dan lain-lain yang akrab dikenal di masyarakat Jawa, di Kota Solo ada seorang dukun yang pekerjaannya tidak berhubungan dengan manusia tetapi dengan kamera. Orang itu adalah Kasiman, 'dukun kamera' yang sejak tahun 1980-an sampai sekarang menekuni kegiatan usaha memperbaiki kamera rusak.

Di dinding toko Kasiman, yang sekaligus bengkel tempat praktik kerjanya, di Gang Citarum, Kampung Menangan, Kelurahan Joyosuran, Kota Solo, berjajar puluhan body kamera berbagai merk.

Di ruang toko dan bengkel kerja berukuran 2 x 3 meter persegi, juga berserak beragam komponen elektronik dan bekas suku cadang kamera. Kendati demikian di ruang sempit itu tetap tertata dan terawat baik.

Baca Juga: Dokter Dibuat Kaget, Alami Tetra Amelia Bayi Perempuan Lahir Tanpa Lengan dan Kaki

Puluhan body kamera yang berderet-deret memenuhi dua sisi dinding toko itu, menjadi bukti tanpa kata-kata tentang sejarah panjang Kasiman sampai menjadi 'dukun kamera'. Selain berbagai macam komponen kamera, di tempat kerja Kasiman juga ada barang-barang bekas, termasuk sebuah pesawat radio kuna merk 'Philip' yang masih berfungsi baik.

Mengawali kisahnya, Kasiman bertutur, dalam menjalani hidup sejak masa kanak-kanak dia tidak membayangkan akan menjadi tukang perbaikan kamera atau 'dukun kamera' seperti saat ini.

Kasiman yang asli berasal dari Desa Dologan, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, hijrah ke Kota Solo padq 6 Juni 1970, berbekal ijazah sekolah teknik jururusan elektro. Di Kota Solo dia bekerja di sebuah bengkel, kemudian pindah bekerja di sebuah pabrik roti dan pernah bekerja di toko besi.

Pengenalannya dengan kamera yang menjadi sumber mata pencahariannya, berasal dari pemikirannya, kalau dia tetap bekerja sebagai buruh sampai tua hanya begitu-begitu saja. Dalam pengamatannya, banyak orang yang bekerja sebagai buruh keadaannya tidak banyak berubah, sehingga dia memutuskan untuk bekerja mandiri.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x