Tubuh Mengeluarkan Sinyal Sebagai Tanda Harus Rehat Bermain Media Sosial

- 3 Juli 2020, 02:10 WIB
Ilustrasi mengunggah di media sosial
Ilustrasi mengunggah di media sosial //Pixabay


GALAMEDIA -  Rasa cemas, depresi dan stres tak selalu disebabkan oleh pekerjaan atau masalah hubungan asmara. Bisa saja itu hadir akibat kebiasaan mengakses media sosial.

Berdasarkan riset, ada korelasi antara penggunaan media sosial dan peningkatan cemas dan depresi.

Studi pada April 2020 yang diterbitkan di Jurnal PLOS One menemukan bahwa kebiasaan terlalu sering menggunakan media sosial selama pandemi Covid-19 berkorelasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi.

Baca Juga: Anak Amien Rais Menyatakan Kesiapannya Untuk Menjadi Menteri di Kabinet Jokowi

Terapis di Kota New York,  Tra Hoang mengungkapkan, kondisi ini bukan hal aneh sebab di antaranya orang terpapar berita-berita negatif yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan.

"Banyak orang merasa seperti mereka berada di kursi penumpang dengan tanpa kontrol bagaimana membuat segala sesuatunya lebih baik untuk diri sendiri dan orang lain," kata Hoang dikutip dari Livestrong.

Tubuh sebenarnya memberikan sinyal ketika menginginkan untuk rehat atau diet bermedia sosial. Berikut pertanda yang penting Anda kenali.

1. Perut 'bergejolak'

Perhatikan reaksi tubuh saat membuka media sosial. Hoang meminta Anda untuk memperhatikan gejala fisik seperti gelisah, perut bergejolak, detak jantung meningkat atau ketegangan otot. Dia berkata, ada beberapa orang bahkan mengalami gelisah atau grogi yang konstan.

Psikolog klinis, David Carbonell menambahkan, gejala fisik lain di antaranya kuantitas dan kualitas tidur menurun dan kenaikan berat badan.

Baca Juga: Dokter Kewalahan Tangani Wabah Corona, Para Dukun Pun Bertindak Sebagai UGD Dadakan

2. Pikiran negatif

Akses media sosial berisi hal-hal negatif tak pelak mempengaruhi pikiran mengarah ke hal negatif. Saat Anda merasa sesuatu hal bakal kian memburuk dan bisa jadi bencana, Hoang berpendapat media sosial sudah mempengaruhi kesehatan mental secara negatif.

Tanda lainnya adalah experiential avoidance. Kondisi ketika orang berusaha menghindari pikiran dan emosi negatif, tapi justru upaya ini akan menimbulkan bahaya dalam jangka panjang.

3. Perubahan pola makan

Saat menghadapi situasi tidak menentu, tubuh bisa bereaksi dan salah satunya tampak dari perubahan pola makan. Cek kebiasaan makan Anda.

Semisal, porsi makan makin besar atau juga ada-tidaknya peningkatan konsumsi alkohol selama rajin mengakses media sosial. Jika terjadi seperti ini, sebaiknya Anda berhenti 'scrolling'.

Baca Juga: Pamerkan Pusar, Natasha Wilona Disebut Jadi Personil Tambahan BLACKPINK


Beri Batas Sehat

Setelah mengetahui pelbagai indikasi yang memberikan tanda bahwa tubuh perlu rehat sejenak dari media sosial, ada baiknya Anda memikirkan cara membatasi akses. Sebab, sepertinya nyaris tidak mungkin langsung menghentikan bermedia sosial secara penuh.

Cara yang lebih memungkinkan ialah memberikan batas sehingga 'konsumsi' media sosial jadi lebih sehat.

1. Atur jadwal

Penting untuk tetap 'up to date' dengan kondisi terkini, namun bukan berarti membuat Anda terus-terusan mengamati lini masa media sosial setiap saat.

Batasi akses semisal cukup 30 menit sehari. Bila perlu, gunakan timer atau penanda waktu agar Anda tidak kebablasan.

Kemudian, jangan jadikan media sosial sebagai menu sarapan saat bangun dan jelang tidur. Dengan ini berita-berita negatif tidak akan mempengaruhi mood di pagi hari dan menyabotase jam tidur.

Baca Juga: Karyawan Kena Virus Corona, Pabrik PT Unilever Indonesia Tutup Sementara

2. Tak perlu larut

Selama mengakses media sosial, penting untuk memperhatikan emosi yang dirasakan dan memberikan ruang untuk ini. Berita atau informasi tertentu bisa membuat Anda sedih tetapi Hoang mengingatkan untuk senantiasa berhati-hati terkait ke mana pikiran dan perasaan ini bakal membawa Anda.

Daripada membiarkan perasaan lepas kendali, akui saja apa yang dirasakan lalu kembali arahkan ke hal yang lebih positif. Dia menyarankan untuk memberikan tubuh kesempatan untuk terlibat dalam hal-hal positif dan rasa berprestasi misalnya jalan-jalan atau membersihkan kamar.

Bedakan usaha ini dengan menciptakan distraksi atau pengalihan untuk diri sendiri.

"Distraksi bukan strategi yang membantu karena upaya kita untuk mengalihkan perhatian kita sering berakhir dengan mengingatkan diri kita tentang apa yang ingin kita hindari," saran Carbonell.

Baca Juga: Kapolri Nyatakan Anggota Polisi Terlibat Kasus Narkoba Harus Dihukum Mati

3. Berikan waktu untuk diri sendiri

Anda sudah membatasi waktu akses media sosial. Kini gunakan waktu yang Anda sisihkan dengan kegiatan yang bisa merangsang pikiran dan tubuh.

Anda bisa berolahraga, menghubungi orang yang dikasihi, latihan yoga atau meditasi. Carbonell berkata aktivitas-aktivitas ini jadi alternatif sehat dan mengurangi stres akibat media sosial.

Tak hanya itu, memberikan waktu buat diri sendiri juga berarti memberikan empati dan kasih sayang.

"Ini berarti memperhatikan dan menerima perasaan negatif seperti saat kita menerima perasaan positif," kata Hoang.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x