Cingcowong Tradisi Kabupaten Kuningan sebagai Doa Minta Hujan

- 24 Februari 2023, 19:38 WIB
Cingcowong Tradisi Kabupaten Kuningan
Cingcowong Tradisi Kabupaten Kuningan /Santi Febrianti/



GALAMEDIANEWS -  Kabupaten Kuningan dijuluki Kota Kuda, kuda merupakan ikon dari kabupaten ini, dan dianggap merupakan perwujudan dari Si Windu. Hewan itu milik keluarga Arya Kamuning, seorang pemimpin wilayah ini pada zaman Kesultanan Cirebon dan Pajang.

Dengan menilik letak geografisnya banyak masyarakat Kabupaten Kuningan bermata pencaharian sebagai petani. Cingcowong adalah sebuah ritual meminta hujan yang terdapat di desa Luragung Landeuh.

Cingcowong merupakan nama boneka sawah yang dalam bahasa Sunda disebut bebegig. Bentuk boneka Cingcowong menyerupai orang-orangan dengan rupa perempuan cantik.

Baca Juga: Suka Buah Salak? Ini dia 10 Manfaat Buah Salak Bagi Kesehatan yang Perlu Kamu Ketahui

Baca Juga: Ridwan Kamil Rotasi Kadisdik Jabar Dedi Supandi Jadi Asisten Pemerintahan Bersama 8 Pejabat Eselon II Lainnya

Cingcowong memiliki konsep kepercayaan papat kalima pancer. Sampai sekarang Cingcowong masih dilakukan karena masyarakat percaya bahwa upacara ritual ini dapat menyuburkan lahan pertanian mereka.

Sekalipun masyarakat Luragung mayoritas pemeluk agama Islam, namun masyarakat daerah tersebut masih mempercayai animisme dan dinamisme.

Upacara Cingcowong dilaksanakan setahun sekali pada musim kemarau. Upacara Cingcowong merupakan pula upacara ritual yang di pimpin oleh seorang punduh perempuan yang dikategorikan sebagai pawang mediamik. Upacara Cingcowong biasanya dilaksanakan pada hari Jumat yang dianggap sebagai hari baik.

Sebelum upacara dimulai, Punduh (Shaman) Cingcowong membersihkan diri dengan berpuasa selama satu hari agar tujuannya dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Pada Jumat pagi punduh meminta pada masyarakat untuk mengumpulkan bunga Samboja sebagai hiasan pada boneka Cingcowong.

Bunga samboja dironce (disusun) yang kemudian diletakkan di leher sebanyak 15 tangkai, di bagian dada 20 tangkai, dan di bagian perut sebanyak 25 tangkai.

Baca Juga: 7 Objek Wisata Murah di Daerah Pangalengan Bandung yang Instagramable, Sunrise Cukul Bikin Betah

Semua prosesi Cingcowong dipandu oleh seorang Punduh disertai dengan doa doa untuk meminta diturunkannya hujan. Menurut cerita setempat lahirnya upacara Cingcowong diciptakan oleh Indung Rasih kira- kira tahun 1940 an.

Saat itu terjadi kemarau panjang sehingga para petani gelisah, karena kekurangan air untuk menyuburkan tanah. Indung Rasih mengajak anggota masyarakat untuk mencari sumber air, tetapi tidak berhasil.

Beberapa bulan kemudian dia mengumpulkan masyarakat dan dihadapan masyarakat dia mengatakan, bahwa dirinya telah melakukan tirakat selama 3 hari 3 malam. Berdasarkan petunjuk yang dia dapatkan untuk meminta hujan harus dengan upacara Cingcowong.

Halaman:

Editor: Ryan Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x