Pakar Keamanan Siber Sarankan Pejabat Publik Tak Bermain TikTok, Begini Alasannya

- 25 Juli 2020, 20:02 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi. /AFP/Joel Saget

GALAMEDIA - Masyarakat dunia dan netizen Indonesia yang sedang gandrung bermain TikTok cukup resah dengan berbagai isu miring terkait aplikasi media sosial berbasis video dari China ini.

TikTok seperti halnya Huawei juga ikut terseret dalam perang dagang serta urat syaraf AS-China, dituduh menjadi alat spionase pemerintah China.

Apalagi sekarang adanya persaingan Big Data yang membuat siapapun pemilik platform populer bisa membantu mengendalikan dunia. Misalnya data Facebook digunakan untuk memenangkan Donald Trump saat pilpres AS dan kubu Brexit di Inggris.

Baca Juga: Suriah Luncurkan Mortir, Israel Lakukan Aksi Balasan 'Berlebih' Lewat Serangan Udara

Tiktok menarik perhatian sudah sejak lama. Bahkan sekelas Mark Zuckerberg sekalipun pernah menyatakan jika TikTok bisa melewati Instagram. Nyatanya Tiktok dua tahun terakhir memang berhasil mengalahkan Instagram dengan total lebih dari 625 juta unduhan.

Dalam keterangannya, Sabtu 25 Juli 2020, pakar keamanan siber, Pratama Persadha menerangkan, peningkatan pengguna TikTok yang sangat cepat juga terbantu oleh pemerintah China yang melarang Instagram dan Facebook beroperasi di China.

Akibatnya pemakai tiktok di China menjadi sangat besar dan mengglobal dengan total download mencapai lebih dari 1,65 miliar. Bahkan Tiktok dalam waktu dekat akan merilis model monetize atau kerjasama iklan sehingga usernya bisa mendapatkan pemasukan seperti di YouTube dan Facebook.

Baca Juga: Ridwan Kamil: Sekolah di Jabar Bisa Terapkan KBM Tatap Muka, Tapi....

Selain itu salah satu hal yang dianggap sebagai keunggulan TikTok oleh para pemakainya adalah karena platform tersebut tidak mengenal copyright. Akibatnya pengguna bisa memakai berbagai musik dan video tanpa khawatir terkena take down seperti di FB, IG dan Youtube.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x