GALAMEDIANEWS - Nyepuh berasal dari kata panyipuhan, karena di desa Ciomas terdapat tempat panyipuhan. Oleh masyarakat air yang berada di Geger emas dianggap suci dan digunakan untuk membersihkan diri.
Oleh sebab itu, menurut syariat air tersebut digunakan untuk membersihkan diri sedangkan batin dibersihkan dengan doa-doa.
Masyarakat Ciomas mayoritas beragama Islam. Namun terdapat tradisi yang masih dilaksanakan secara turun temurun oleh warga yang merupakan perpaduan antara kepercayaan para leluhur dengan unsurul-unsur keagamaan.
Kelestarian hutan yang berada di sekitarnya sangat dijaga serta dipelihara, di tengah-tengah hutan terdapat makam keramat yang selalu banyak dikunjungi oleh warga Ciomas maupun luar Ciomas untuk berziarah.
Pada zaman dahulu sebelum diadakan tradisi nyepuh, awalnya disebut dengan acara ngarewahkeun atau ngikis. Acara rewahan merupakan kegiatan bebersih desa yang dilakukan oleh seluruh warga desa Ciomas.
Pada minggu pertama dengan membersihkan susukan (selokan) agar tidak ada sampah yang menyumbat serta dapat mengairi persawahan warga. Minggu ke dua, membersihkan jalanjalan, minggu ke tiga membersihkan makam umum, dan yang terakhir membersihkan pemakaman yang berada di hutan Geger emas.
Tujuan diadakan tradisi nyepuh untuk menyambut bulan suci ramadhan agar mempersiapkan serta mensucikan diri secara lahir dan batin. Agar seluruh umat Islam bisa seperti padi “makin berisi makin merunduk, makin tua makin merunduk” artinya orang berilmu semakin banyak ilmunya makin merendahkan dirinya.
Baca Juga: Ini Daftar Pejabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang Wajib Lapor LHKPN, Simak Selengkapnya!
Sedangkan makin tua diisi oleh keimanan. Supaya mendapatkan kemudahan dan keberkahan dalam menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sampai mencapai kemenangan pada hari raya Idul Fitri. Kegiatan ini dilaksanakan menjelang bulan puasa yang banyak memiliki keutamaan dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya.