Kesalahpahaman dalam Ibadah Puasa Ramadhan, Kalian Wajib Tau Penjelasannya

- 27 Maret 2023, 15:01 WIB
7  kesalah pahaman yang terjadi dalam menjalankan ibdaha puasa
7 kesalah pahaman yang terjadi dalam menjalankan ibdaha puasa /pexels/

GALAMEDIANEWS -  Ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang paling dinantikan oleh umat muslim dunia. Banyak ganjaran pahala yang akan di dapat saat melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan karena bulan ini disebut sebahai bulan penuh rahmat.

 Baca Juga: Pahami Hikmah Serta Tujuan Puasa dalam Surat Al-Baqarah ayat 183-186

Banyak orang yang tidak tahu dan menjadi kesalah fahaman dalam menjalankan ibadah puasa. Berikut 7 kesalahan pahaman dalam ibadah puasa yang wajib kalian ketahui:

  1. Niat puasa tidak perlu dilafalkan, karena niat adalah amalan hati. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal niat puasa. Menetapkan itikad di dalam hati bahwa esok hari akan berpuasa, ini sudah niat yang sah.
  2. Berpuasa namun tidak melaksanakan shalat fardhu adalah kesalahan fatal. Diantara juga perilaku sebagian orang yang makan sahur untuk berpuasa namun tidak bangun shalat shubuh. Karena dinukil bahwa para sahabat berijma tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, sehingga tidak ada faedahnya jika ia berpuasa jika statusnya kafir. Sebagian ulama berpendapat orang yang meninggalkan shalat tidak sampai kafir namun termasuk dosa besar, yang juga bisa membatalkan pahala puasa.
  3. Berbohong tidak membatalkan puasa, namun bisa jadi membatalkan atau mengurangi pahala puasa karena berbohong adalah perbuatan maksiat dan perbuatan yang dilarang.
  4. Sebagian orang menahan diri melakukan perbuatan maksiat hingga datang waktu berbuka puasa. Padahal perbuatan maksiat tidak hanya terlarang dilakukan ketika berpuasa, bahkan terlarang juga setelah berbuka puasa dan juga terlarang dilakukan di luar bulan Ramadhan. Namun jika dilakukan ketika berpuasa selain berdosa juga dapat  membatalkan pahala puasa walaupun tidak membatalkan puasanya.
  5. Mengenai “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1437). Hadits ini dhaif, sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696). Tidur adalah perkara mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah. Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur karena kekenyangan setelah sahur.
    Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.
  6. Tidak ada hadits “berbukalah dengan yang manis“. Pernyataan yang tersebar di tengah masyarakat dengan bunyi demikian, bukanlah hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. kalau berbuka puasa berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW telah diterangkan lewat Hadist Riwayat bu Daud no. 2356 dan Ahmad. "Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan ruthab (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air,".
  7. Tidak tepat mendahulukan berbuka dengan makanan manis ketika tidak ada kurma. Lebih salah lagi jika mendahulukan makanan manis padahal ada kurma. Yang sesuai sunnah Nabi adalah mendahulukan berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma maka dengan air minum. Adapun makanan manis sebagai tambahan saja, sehingga tetap didapatkan faidah makanan manis yaitu menguatkan fisik.

Nah masih ada yang melakukan 7 hal kesalah pahaman dalam menjalankan ibadah puasa ? semoga artikel ini dapat membatu kita semua dalam menjalankan ibadah puasa. 

Halaman:

Editor: Nadya Kinasih

Sumber: Buku Ringkasan Fikih Puasa penulis Yulian Purnama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x