Sempat Dibangga-banggakan, Indonesia Sama Sekali Tak Dicolek dalam Pengumuman Proyek Jet Tempur KF-X

- 15 September 2020, 11:47 WIB
Prototipe pesawat tempur KFX/IFX yang sedang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan. (Foto: bumn.go.id)
Prototipe pesawat tempur KFX/IFX yang sedang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan. (Foto: bumn.go.id) /

GALAMEDIA - Perusahaan manufaktur pesawat Korea Selatan (Korsel), Korea Aerospace Industries Ltd. (KAI) mengumumkan keberhasilan proses perakitan kerangka prototipe tahap akhir proyek pesawat Korean Fighter (KF-X) pada awal September 2020 lalu.

Proyek KFX/IFX merupakan bagian kerja sama Indonesia dan Korea Selatan (Korsel).

KAI dalam pernyataan resminya 4 September 2020 lalu, dengan judul 'KAI started the final assembly of the KF-X Prototype" tak menyebut-nyebut Indonesia ataupun PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terkait mitra dalam pengumuman keberhasilan tersebut.

Padahal Indonesia merupakan pihak yang digandeng sejak awal dalam mega proyek ambisius bagi kedua negara ini.

Baca Juga: Umumkan di Media, China Nyatakan Siap Berperang Lawan Negara ASEAN Bahkan Amerika Serikat

CEO KAI Ahn Hyunho dalam pernyataan resminya, hanya mengucapkan terima kasih kepada mitra kerja sama mereka tanpa menyebut secara spesifik.

"Terima kasih buat kemitraan yang hebat dan kolaborasi industri, universitas dan institut, kami mampu meluncurkan proses perakitan terakhir di tengah krisis covid-19. Tak ada hal lain kecuali kesuksesan. Kami akan sukses di proyek KF-X dan bisa berkontribusi untuk industri dirgantara dan ekonomi nasional (Korsel)," ucap Ahn Hyunho dikutip Selasa 15 September 2020.

Sebanyak 6 universitas, 11 laboratorium dan 553 pemasok ikut berpartisipasi di proyek KF-X dan 100 insinyur tambahan akan dipekerjakan pada 2020.

Capaian perakitan rangka prototipe ini menyambungkan badan pesawat di bagian depan, tengah, dan belakang, termasuk sayap utama.

Baca Juga: Murah, Ternyata Segini Harga Vaksin Covid-19 Menurut Airlangga Hartarto

Proses ini berlangsung butuh 4 tahun, KAI memulai pengembangan pada Desember 2015. Kemudian masuk tahap PDR (Preliminary Design Review) pada 2018.

Pada Februari 2019 memulai pengerjaan part detail pertama, lalu lolos CDR (Critical Design Review) di September 2019.

Rencananya prototipe KF-X akan selesai pada semester I-2021 dan uji terbang perdana dijadwalkan selesai pada tahun 2022. Pada tahun 2026, proses pengembangan proyek ditargetkan berakhir.

Sebelumnya sempat tersiar kabar, Indonesia menunggak kewajiban penyetoran dana sebagai bagian dari partisipasi Indonesia di proyek KF-X ini yang harusnya sudah disetor pada Agustus 2020 secara penuh.

Di tingkat pemerintah Indonesia, suara-suara terkait proyek ini memang masih simpang siur. Sebelumnya Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono sempat buka-bukaan mengenai nasib proyek ini ke depannya.

Meski tak secara eksplisit menyebut bahwa proyek ini batal, namun dia menyampaikan bahwa benefit yang didapat Indonesia dalam proyek ini tak terlalu signifikan.

"Gini, KFX itu kan pesawat tempur. Kita ngirim engineer ke Korea. Ini saya mempelajari. Kita mesti spending 2 miliar dolar AS, lalu ujungnya kita dapat 1 prototipe," ujar Trenggono dalam sebuah wawancara khusus bersama CNBC Indonesia.

Dari prototipe tersebut, nantinya ternyata Indonesia tak memiliki porsi kepemilikan penuh. Bahkan, Indonesia hanya memiliki porsi kepemilikan minoritas, adapun mayoritasnya menjadi milik Korsel.

Baca Juga: Donald Trump Kepedean, Ngaku Layak Jadi Presiden Amerika Serikat Selama Tiga Periode

"Kita punya ownership itu kira-kira cuma 15%. Tapi ada 9 teknologi yang dikuasai Korea, itu kita enggak dikasih, enggak boleh," kata Trenggono.

Belum lagi, ada ketentuan mengenai batas usia bagi para engineer Indonesia yang dikirimkan ke Korsel. Padahal, dari pengiriman engineer ini, pemerintah berharap ke depannya ada transfer teknologi ke tanah air.

"Saya tanya engineer kita dikirim usia berapa sampai berapa. Jadi 35-40. Wah kalau 40 tambah 15 tahun di sana sudah 55. Balik dari sana udah nggak bisa ngapa-ngapain. Kan itu saya ngitung betul," ujar Trenggono.

Di sisi lain, proyek ini juga masih harus membutuhkan infrastruktur tambahan di dalam negeri. Ini berarti ada biaya tambahan yang harus disiapkan, untuk operasional PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang juga dilibatkan dalam proyek ini.

"Infrastruktur di PTDI kan mesti dilengkapi. Dia mesti bikin komposit, teknologi mesti dilengkapi. Kalau dia punya kemampuan knowledge, begitu dia turun sini kan harus bisa membuat kan. Kalau di sini nggak dilengkapi, berarti enggak cukup 2 miliar dolar AS, ditambahin lagi. Saya enggak tahu berapa miliar dollar yang mesti kita siapkan di sini. China saja bikin J-20 habis ratusan miliar dollar kan," kata Trenggono.

Baca Juga: Paparkan Bukti, Militer China Juluki Amerika Serikat sebagai Perusak Perdamaian Dunia

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD sempat memastikan pembicaraan mengenai proyek kerja sama pembuatan jet tempur KFX/IFX antara pemerintah Korsel dengan pemerintah Indonesia tetap dilanjutkan.

Mahfud sempat bertemu dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel Jeong Kyeong-doo di Kantor Kemenko Polhukam, akhir tahun lalu.

"Pembicaraannya tetap dilanjutkan," kata Mahfud ketika itu.

Ia mengatakan Menhan Korsel sengaja datang ke Indonesia menemui Prabowo. Menurut Mahfud, kunjungan itu bertujuan untuk melanjutkan kerja sama proyek tersebut.

Mahfud menyatakan saat ini kedua negara masih dalam proses negosiasi untuk melanjutkan proyek tersebut.

"Itu sekarang masih sedang dinegosiasi dan dari Indonesia memang yang ditunjuk Pak Prabowo Menteri Pertahanan untuk berbicara antar menteri pertahanan," kata Mahfud kala itu.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x