Syukur Dulu, Baru Nikmat

- 1 Oktober 2020, 10:32 WIB
Guru bukan PNS lakukan sujud syukur usai menerima SK dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Pakuan Bandung
Guru bukan PNS lakukan sujud syukur usai menerima SK dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Pakuan Bandung /Hj Eli Siti Wasliah/

GALAMEDIA - Ada sebuah paradigma yang keliru menyoal masalah nikmat. Sebagian besar kita menafsirkan kata nikmat itu dengan sesuatu yang ‘wah’. Padahal segala pemberian dari Allah adalah nikmat, meskipun di mata kita ‘yaaah’, bukan ‘wah’. Nah, mindset seperti inilah yang acap kali membat kebanyakan manusia tidak bersyukur.

Pada buku “Jika Ustad Jadi Wasiat pada hal 97-99 oleh Roni Nuryusmansyah” seorang pedagang asongan misalkan mendapat penghasilan rata-rata per hari 50 ribu. Suatu hari, ia ketiban durian runtuh alias mendapatkan penghasilan 200 ribu. Maka besar kemungkinan ia akan bersyukur. Tapi bagaimana jika ia mendapatkan 50 ribu? 40 ribu? Bisa di pastikan dia biasa-biasa saja, tidak mengucap syukur karena penghasilannya memang ‘segitu’. Atau parahnya mengutuk diri, “Rugi saya hari ini”.

Inilah kesalahpahaman yang harus kita luruskan. Mau 10 ribu, seribu, itu semua adalah nikmat yang patut kita syukuri. Tak peduli itu lebih kecil dari penghasilan rata-rata, semua adalah karunia dari Allah ‘Azza wa jalla’. Toh, jika kita mau merenung sesaat, betapa banyak manusia di luar sana yang nasibnya tak sebaik kita, tak seberuntung kita.

Baca Juga: Bom Meledak di Kuta dan Jimbaran Bali, 23 Orang Tewas pada 1 Oktober 2005

Jika tiap mendapat nikmat, bukan nikmat yang wah saja ya, kita selalu bersyukur kepada Allah, maka Allah janji akan menambah nikmat tersebut. Allah berfirman yang artinya, “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu menginginkan (nikmat-ku), maka sesungguhnya azab-ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 07)

Syukur itu tak hanya mengucapkan alhamdulillah. Tetapi juga dengan semakin menjalin cita dan ketaatan kepada yang memberikan anugerah dan karunia, yaitu sang pencipta. Syukur juga berarti mempergunakan kenikmatan yang diterima dengan sebaik-sebaiknya, tidak menyia-nyiakan dan tidak pula menjadikan ingkar.

Syukuri diri kita apa pun keadaan kita. Kita masih sehat, punya waktu luang, itu sebuah karunia yang tak ternilai harganya. Kata Nabi, dua nikmat yang sering di lalaikan oleh manusia adalah nikmat yang sering dilalaikan oleh manusia adalah nikmat sehat dan waktu luang. Nah, kita juga harus bersyukur karena kita bisa mencerna kata-kata yang di atas tersebut.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini, Kamis 1 Oktober 2020 di Indosiar

Jarang sekali ada manusia yang bersyukur atas akal pikiran dan kedua bola mata yang ia miliki. Apakah kita selama ini sudah menyusuri lidah? Kita bisa bicara apa yang kita suka, kita dapat membedakan pedasnya sambal dan manisnya gula. Apakah kita selama ini telah bersyukuratas hadirnya pagi dan senja? Kita bisa menikmatinya dengan cara yang kita suka.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x