Intropeksi Diri, Ini Caranya Menurut Imam al-Ghazali Dalam Kitabnya Ihya Ulumuddin

- 15 November 2020, 08:41 WIB
ILUSTRASI orang merenung./Pixabay
ILUSTRASI orang merenung./Pixabay /



GALAMEDIA - Agama Islam mengajarkan manusia untuk selalu introspeksi diri. Sebab dengan Introspeksi diri, seseorang bisa bercermin tentang diri dan kehidupannya selama ini.

Tidak itu saja, dengan introspeksi diri, kita bisa mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Introspeksi diri dalam bahasa Arab biasa dikenal dengan kata Muhasabah An-Nafs.

Baca Juga: Tiga Hari Gelar Operasi Protokol Kesehatan, Satpol PP Kota Bandung Jaring 227 Pelanggar

Introspeksi diri adalah refleksi (perenungan) terhadap segala perbuatan yang telah kita lakukan apakah berkualitas atau tidak.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۢ ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah sungguh Allah maha mengetahui atas apa yang kalian perbuat.” (Q.S. al-Hasyr: 18)

Baca Juga: Minggu 15 November 2020 Jakarta Diguyur Hujan, BMKG Imbau Warga Tetap Waspada

Ayat ini menyerukan kepada manusia agar senantiasa bertakwa. Selanjutnya merenungkan atas segala amal perbuatan yang akan dibawa kelak dihadapan ilahi.

Kalau ternyata perilakunya baik, maka hendaknya bersyukur dan menekuni kebaikan tersebut. Sebaliknya, jika terdapat perbuatan yang tidak baik, maka hendaknya mencela diri sendiri dan bertaubat.

Sebenarnya, seperti dilansirkan bincangsyariah.com, introspeksi diri merupakan salah satu dari beberapa rangkaian yang harus dilakukan dalam membentuk amal perbuatan yang baik dan membuang jauh-jauh sikap-sikap yang dicela.

Baca Juga: Disiplin Menurun, Gugus Tugas Covid-19 Kota Bandung Gencarkan Penerapan Sanksi

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya’ ‘Ulumuddin menyebutkan ada beberapa cara introspeksi diri yang harus ditempuh untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat:

Pertama, Musyaratah yaitu komitmen yang kuat sebelum mulai melakukan aktivitas untuk selalu berbuat baik setiap waktu dan meninggalkan segala perbuatan yang tidak terpuji.

Kedua, pada saat kita melakukan aktivitas kita harus merasakan bahwa Allah swt. selalu hadir dalam diri kita. Allah selalu memantau diri kita setiap waktu. Hal ini yang biasa kita sebut dengan Muraqabah.

Baca Juga: China Hentikan Impor Produk Beku dari sejumlah Negara, Ditemukan Produk Terpapar Covid-19

Ketiga, Muhasabah (instropeksi diri) dilakukan setelah selesai melakukan aktivitas sebagai langkah evaluasi terhadap perbuatan yang telah dilakukan.

Dalam melakukan instropeksi diri, kita harus mengenal mana yang Haq (benar) dan mana yang Bathil (salah), karena pada zaman yang penuh kesyubhatan (kesangsian) antara halal dan haram, kita sering terjebak dalam kesesatan karena kurangnya pengetahuan kita terhadap apa yang kita lakukan.

Dengan melakukan Muhasabah yang dilakukan secara konsisten, akan terbentuk perilaku yang luhur, baik yang berhubungan langsung dengan tuhan atupun yang bersentuhan dengan sesama manusia.

Baca Juga: LIVE STREAMING Pernikahan Sule dan Nathalie, Digadang-gadang Jadi Pernikahan Terheboh

Dengan melakukan Muhasabah juga dapat membentuk pribadi kita agar selalu bertakwa, mengerti akan kewajiban kita di dunia ini dan tidak akan melalaikannya.

Disamping itu, dapat menumbuhkan kesalehan dalam jiwa kita. Sehingga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang menyesal di akhirat kelak. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam al-Quran:

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ . لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, ia berkata, ‘Wahai tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku dapat beramal saleh terhadap apa-apa yang telah aku tinggalkan’. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya (permohonan itu) hanyalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (pemisah) sampai hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al-Mu’minun: 99-100)

Halaman:

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: Bincang Syariah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x