The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (36)

- 18 November 2020, 16:19 WIB
The Adventure of Kabayan
The Adventure of Kabayan /



Herdi Pamungkas

GALAMEDIA - Pada episode sebelumnya,  "Bray, kita mah tidak ada urusan dengan babi hutan kayaknya?"

"Benar juga, Euy! Tapi euweuh salahna kalau kita membantu mereka," jawab Kabayan.

"Kamu ini bagaimana, Bro? Bukankah kita juga punya urusan yang lebih penting dari sekedar mencari babi hutan! Mencari Nyi Iteung, yang kini belum jelas keberadaannya," timpal Ajum.

"Heueuh oge, Euy," Kabayan garuk-garuk kepala.Kadang keningnya dikerutkan, kadang pula mijit-mijit kening.

Baca Juga: The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (28)

"Kenapa kamu, Kabayan?"

"Bingung, lieur?!" kembali menjatuhkan pantatnya di atas rumput sebelah kiri jalan. Punggungnya bersandar pada batang pohon. Matanya menatap warga yang semakin jauh tersebar di hamparan sawah.  Berikut lanjutannya;

"Bener, saya juga rieut mikirannya, Bray." Kemed ikut duduk disampinya.

"Ah, kalau begini mah kita pulang saja atuh, Bro! Kalian ini telah kalah sebelum bertarung, kumeok memeh dipacok," Ajum melangkah pelan, matanya menatap hamparan sawah dan jalan di depannya yang terbentang tanpa ujung.

"Kamu mau ke mana, Jum?" tanya Kabayan.

"Pulang,"

Baca Juga: The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (29)

"Kamu sudah tidak setia kawan lagi!" Kemed bangkit seraya menggenggam pergelangan tangan temannya.

"Bukan tidak setiakawan, Bro! Tapi kawan yang kita antarnya juga sudah putus harapan," terang Ajum sedih.

"Sudah pulang sana kalau mau pulang mah, Jum!" teriak Kabayan. Merebahkan tubuhnya, berbaring dibawah pohon, lalu memejamkan mata, seakan-akan menikmati tiupan angin sepoy-sepoy.

"Jum, masa kamu mau pulang?" bisik Kemed.

"Ah, sudahlah!" Ajum pun kemudian duduk. Menatap Kabayan yang tiduran dengan asyiknya dan santai. "Kayaknya bukan putus asa tapi lagi mengistirahatkan pikiran," gumamnya.

Baca Juga: The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (30)

"Deuh, geuning?" Kemed baru paham. Lalu menyandar disamping Ajum, tatapannya menerawang bentangan jalan yang masih panjang. Kiri kanan jalan terhampar pesawahan yang sangat luas.

Matahari pun terus bergerak melampaui senja, di langit sebelah barat menyiratkan warna keemasan.

Nyi Iteung yang berlari-lari di atas pematang menghindari kejaran warga kampung mulai menyadari kedaan. Menghentikan langkahnya sejenak.

Baca Juga: The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (31)

"Iteung harus pergi ke mana? Perut sudah mulai keroncongan? Hari akan beranjak gelap," kembali menoleh ke belakang. Tidak tampak seorang warga pun yang mengejarnya.

"Kawasna mah sudah aman?" sungutnya. "Kalau begini mah Iteung mau cari makan, mungkin ada warung buka? Kalau kembali ke rumah Kang Sarkawi rasanya tidak mungkin?" sesampainya di tepi pematang, lalu loncat ke jalan perkampungan. Menelusuri jalan dengan langkah agak cepat.

"Itu di pinggir jalan ada orang yang sedang berbaring di bawah pohon? Kayak Kang Kabayan dan teman-temannya," Nyi Iteung semringah. Tidak menyadari kalau kini dirinya tidak mungkin bisa dikenali.

Kemed, Ajum, Kabayan, mendengkur keras, mungkin merasa kelelahan telah melakukan pencarian yang hingga kini belum jelas arahnya.


Bersambung....

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x