Jelang Natal, Prancis Tutup 80 Masjid ISIS Bertekad Sapu Eropa dengan Gelombang Teror

- 4 Desember 2020, 13:28 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan First Lady Brigitte.*
Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan First Lady Brigitte.* //Instagram/@emmanuelmacron

GALAMEDIA - Jelang Natal, ISIS merancang serangan teror yang bakal dieksekusi di Inggris dan negara-negara Eropa sebagai balas dendam atas penerbitan kartun Nabi Muhammad di Prancis.

Demikian diungkap  mantan mata-mata agen rahasia Inggris MI6. Sementara itu di Prancis    Presiden Emmanuel Macron juga memerintahkan penutupan 'masjid ekstremis' yang jumlahnya mencapai 80.

Baca Juga: Polda Jabar Bentuk Tim Khusus untuk Ungkap dan Tangkap Aktor Intelektual Adzan dengan Ajakan Jihad

Aimen Dean, yang delapan tahun memata-matai Al-Qaeda sebelum kedoknya terbongkar oleh kebocoran intelijen AS, mengklaim plot sedang dibuat di daerah-daerah yang dikuasai para jihadis di Suriah utara dan Libya. Misi mereka  adalah meneror warga Eropa musim dingin ini.

Dalam konferensi keamanan di London Dean mengatakan,  Abu Omar al-Shishani,komandan ISIS yang diperkirakan selamat dari serangan AS pada 2016, berencana mengirim ekstremis ke Barat melalui Turki dengan melintasi Mediterania dari Afrika Utara.

Mereka kemudian akan melakukan serangkaian kekejaman teror di Inggris, Prancis, dan Jerman saat pemerintah mencabut pembatasan virus corona menjelang Natal, kata Dean.

Baca Juga: Benny Wenda Tegas Klaim Orang Papua Barat Menentang Pendudukan Indonesia

Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel merevisi tingkat ancaman teror menjadi tertinggi kedua yaitu severe (‘parah’) setelah serangkaian serangan mengerikan di Prancis dan Austria, di mana simpatisan ISIS menewaskan empat orang dalam amuk senjata di Wina.

Sebelumnya di Prancis, guru sekolah Samuel Paty dipenggal bulan Oktober lalu karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.

Dua minggu kemudian tiga orang warga Nasrani tewas dalam penikaman massal oleh imigran Tunisia di Nice.

Baca Juga: Tinjau Jelang Soft Launching, Menhub : Pelabuhan Patimban Siap untuk Beroperasi Secara Terbatas

Sementara itu, pemerintah Prancis di bawah Presiden Emmanuel Macron berjanji untuk menekan ekstremisme agama dengan menutup hampir 80 masjid yang dituduh menyemai 'separatisme' dan mengusir 66 migran tidak berdokumen yang dicurigai melakukan radikalisasi.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Jumat (4 Desember 2020) pada konferensi Pekan Keamanan Internasional, Dean mengatakan, “Yang mengkhawatiran adalah  menurut orang yang mengenalnya, [Shishani] berencana membalas dendam kasus kartun Nabi Muhammad di tempat-tempat seperti Jerman, Inggris, Prancis, dan di sekitar waktu Natal.”

Baca Juga: Muadzin Hayya Alal Jihad Diciduk, Peci dan Sarung Kain Ikut Digondol ke Mabes Polri

"Saya tidak membawa kabar baik tapi kita perlu mewaspadai gelombang teror yang datang dari Suriah utara dan Libya untuk Natal tahun ini."

Dean  menambahkan, “Janji tidak ada lockdown  saat Natal menjadikan  kerangka waktu yang lebih menarik mereka untuk menjadikannya target.”
 
Mantan pembuat bom al-Qaeda itu mengklaim  Shishani berencana menyusup dari pos-pos terdepan yang tersisa dari aktivitas ISIS menyusul publikasi ulang karikatur Nabi Muhammad oleh majalah satir Prancis Charlie Hebdo.

Baca Juga: IKPM Edukasi Sopir Angkot Soal Protokol Kesehatan

Sebagian besar serangan simpatisan  ISIS di Eropa Barat  dilakukan oleh mereka yang disebut sebagai ‘serigala penyendiri' sejak runtuhnya kekhalifahan organisasi tersebut di Suriah.

Di Prancis, pemerintah membalas serangan ekstremisme agama dengan menutup masjid dan membubarkan kelompok-kelompok termasuk Collective Against Islamophobia di Prancis yang diklaim memiliki hubungan dengan jaringan radikal, tudingan yang dibantah oleh kelompok tersebut.

Baca Juga: Terkuak, Nama Oknum Polisi yang Ingin Penggal Habib Rizieq Shihab, Pelaku Sudah Diamankan

Macron sebelumnya memperingatkan penyemai 'separatisme Islam' di Prancis dan berjanji untuk menempatkan masjid di bawah kendali negara. Macron juga  Islam sebagai agama yang tengah dalam krisis.

Dan dituduh New York Times rasis dan Islamofobia, Macron menegaskan sikap Prancis terhadap ekstremisme Islam menyusul serangan baru-baru ini. Sebaliknya ia juga menyebut pers Inggris-AS melegitimasi terorisme di Prancis.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x