Jabar Akan Gelar West Java Food & Agriculture Summit

- 9 Desember 2020, 15:45 WIB
Ilustrasi kuliner.
Ilustrasi kuliner. /HARRY SURJANA/PR/



GALAMEDIA - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar akan menggelar West Java Food & Agriculture Summit (WJFAS) di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Kamis 10 Desember 2020.

Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Benny Bachtiar menjelaskan, dalam WJFAS, akan digelar high level meeting, dan pertemuan petani Jabar dengan offtaker komoditas pertanian.

"Tujuannya tidak lain agar petani bisa menjual hasil panen. Karena selama ini banyak petani bingung menjual hasil panennya. Ternyata offtaker kita sudah memiliki pasar ekspor yang notabane cukup menjanjikan," kata Benny.

Baca Juga: Dzikir Sore dengan Asmaul Husna: Al Muhaimin, Al Aziz, dan Al Jabbar, Supaya Terhidar dari Musibah

"Kalau nanti petani yang ada di Jabar dapat memenuhi pasar ekspor, insyaallah ini akan meningkatkan kesejahteraan petani," imbuhnya.

Menurut Benny, sudah ada 84 offtaker di sektor pertanian dan peternakan yang berminat menampung produk petani dan peternak Jabar. Salah satunya adalah PT Bhanda Ghara Reksa (BGR).

Nantinya, kata Benny, PT BGR akan menampung  produk pertanian dan peternakan di Jabar yang akan didistribusikan ke warung-warung dengan konsep e-warung.

Baca Juga: MUI Akan Kawal Kehalalan Vaksin Covid-19, Hingga Kini Masih Lakukan Kajian Sebelum Keluarkan Fatwa

"Nanti PT BGR ini menampung hasil pertanian yang nanti didistribusikan ke warung-warung mengenai konsep e-warung. Ini sudah mulai ada wujudnya," ucapnya.

Dengan terbukanya pasar domestik maupun global, Pemda Provinsi Jabar berupaya mengubah wajah pertanian agar generasi milenial tertarik menggarap sektor pertanian dan peternakan.

Saat ini, pertanian dan peternakan belum diminati generasi milenial di Jabar.

Padahal, generasi milenial diharapkan membawa perubahan kedua sektor tersebut pada masa depan guna menjaga ketahanan pangan Jabar.

Baca Juga: Habib Rizieq Buka-bukaan: Tanpa Pengawalnya, Sekeluarga Sudah Digiring ke Sebuah Tempat

Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018  yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang.

Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen.

Kondisi tersebut tentu memberikan efek domino bagi sektor pertanian di Jabar.

"Sebuah harapan besar Gubernur Jabar, dengan kondisi pandemi COVID-19 ini, ketika banyak industri padat karya menutup usahanya tentunya ini menjadi permasalahan, di mana banyak anak-anak milenial menggantungkan hidupnya bekerja di sektor industri manufaktur," ucapnya.

Baca Juga: Jadi dengan Cara Ini Presiden Jokowi Menyelesaikan Habib Rizieq Menurut Mahfud MD

"Ketika anak muda kembali ke desanya, mereka mulai melakukan aktivitas ekonomi di perdesaan melalui sektor pertanian tadi"

Di sini, Gubernur Jabar menginstruksikan agar membuat sesuatu yang bisa menarik para milenial ini memulai kegiatan pertanian, yang tentunya pasar. Inilah yang coba kita gali," tambahnya.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar Taufik Saleh mengatakan, selain membuka pasar, Pemda Provinsi Jabar harus mendorong pemanfaatan teknologi di sektor pertanian.

"Jadi bagaimana budidaya pertanian, pangan, teknologi pembibitan bisa menghasilkan produk pangan yang lebih cepat atau menghasilkan panen lebih banyak dari kondisi yang normal," kata Taufik.

Baca Juga: Buas Juga Punya Perasaan, Depresi Ditolak Serigala Ini Hanya Mau Mondar-mandir Membentuk Angka Ajaib

Jika itu dilakukan, kata Taufik, generasi milenial tertarik menggerakkan sektor pertanian dan peternakan karena akan mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar.

Selain itu, Taufik menyatakan bahwa WJFAS digelar guna memperkuat ketahanan pangan di Jabar. Apabila ketahanan pangan kuat, terutama di tengah pandemi COVID-19, inflasi dan stabilitas ekonomi di Jabar akan terjaga.

"Upaya menjaga ketahanan pangan sangat penting, terutama untuk mengawal inflasi yang rendah dan stabil, dan untuk memulihkan ekonomi," ucapnya.

Baca Juga: Pandemi, Ekonomi Digital Jabar Tumbuh 40 Persen

Taufik menyatakan, untuk  menjaga ketahanan pangan, urban farming atau home farming bisa menjadi opsi di perkotaan. Masyarakat yang memiliki halam kecil dapat mulai menanam komoditas pangan.

Hasil panen urban farming atau home farming, menurut Taufik, tidak hanya untuk konsumsi pribadi, tetapi dapat menjadi sumber pendapatan baru masyarakat perkotaan.

"Home farming ini, masyarakat perkotaan bisa membudidayakan ikan dalam ember besar yang di atasnya dipadu tanaman sayuran. Hasilnya dimasukan ke pasar," katanya.

"Dalam artian, mereka berproduksi home farming tidak untuk dikonsumsi sendiri, tapi juga kedepan diarahkan home farming bisa mendapatkan keuntungan. Jadi bisa menambah kekuatan ekonomi masyarakat di perkotaan," tambahnya.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x