Syarat dan Ketentuan Berlaku, Presiden Rusia Vladimir Putin Akhirnya Akui Kekalahan Trump

- 15 Desember 2020, 15:51 WIB
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.*
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.* /pixabay

GALAMEDIA - Pemimpin tertinggi Rusia Vladimir Putin akhirnya mengakui kekalahan Donald Trump memberi selamat pada Joe Biden atas kemenangannya pada pilres  AS hari ini.

Tepatnya  beberapa jam setelah electoral college meresmikan keunggulan Biden atas Donald Trump.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (15 Desember 2020) Putin menjadi  salah satu pemimpin dunia terakhir yang tidak mengakui kemenangan Biden hingga “syarat dan ketentuan” terpenuhi.

Baca Juga: ILC TVOne Nanti Malam Episode Perpisahan, Rizal Ramli: Penguasa Takut dengan Bayangannya Sendiri

Pihak Kremlin menegaskan pihaknya menunggu hasil resmi pemilu. Dalam hal ini setelah prosedur electoral college  mengukuhkan Biden sebagai pemenang dengan total 306 suara berbanding 232 untuk Trump.

Putin berharap presiden terpilih sukses dan menyatakan Rusia siap memulai interaksi dengan Biden.

Putin juga menyatakan keyakinannya Rusia dan Amerika Serikat yang disebutnya memiliki tanggung jawab khusus untuk keamanan dan stabilitas global, terlepas dari perbedaan mereka, dapat  membantu menyelesaikan banyak masalah dan tantangan yang dihadapi dunia.

Baca Juga: Ketum PP Muhammadiyah Mendadak Bawa Kabar Duka: Innalillahi Wainna Ilaihi Roji'uun

Putin sebelumnya menuduh Biden sebagai sosok dengan 'retorika anti-Rusia yang tajam' tapi menyambut seruannya untuk kontrol senjata nuklir.

Pemimpin Rusia itu juga membela Hunter Biden, putra presiden terpilih dari kritik pedas Trump terkait bisnisnya di Rusia dan Ukraina.

Sebagian besar pemimpin dunia memberi selamat kepada Biden setelah namanya  diproyeksikan sebagai pemenang pada 7 November, empat hari setelah pemilihan, tetapi Putin memilih bungkam.

Baca Juga: Ribuan Kasus Perceraian di Subang Didominasi Faktor Ekonomi

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Putin menunggu penghitungan suara resmi sebelum memberi selamat kepada Biden.

Ditanya mengapa pada tahun 2016 Putin memberi selamat kepada Trump segera setelah pemilu, Peskov mengatakan ada  perbedaan pada pilpres kali ini.

“Anda dapat melihat  ada prosedur hukum yang  diumumkan  presiden (Trump) saat ini. Itu sebabnya situasinya berbeda dan h karena itu kami pikir lebih pantas jika menunggu pengumuman resmi,” papar Peskov.

Baca Juga: Berikutnya Mars, Begini ternyata Rumah Astronot Pertama yang Akan Tinggal di Bulan

Trump meluncurkan serentetan tuntutan hukum dan membuat serangkaian klaim adanya penipuan dalam pemilu. Tapi tidak ada satu pun dari upayanya  yang berhasil menghentikan langkah Biden.

Dan hari ini 538 anggota dewan pemilihan atau electoral college  yang secara resmi memilih presiden bertemu di negara bagian masing-masing guna  mengukuhkan Biden sebagai pemenang.

Baca Juga: Bisnis Ikan Koi Dimasa Pandemi Semakin Terbuka di Kabupaten Garut

Peskov mengatakan Putin telah berulang kali mengindikasikan bahwa Kremlin  siap untuk bekerja dengan presiden AS mana pun.

Dia menambahkan  Rusia berharap dapat menjalin dialog dengan pemerintah AS yang baru dan menemukan cara untuk menormalisasi  hubungan bilateral yang bermasalah.

"Presiden Putin telah berulang kali mengatakan dia akan menghormati pilihan  rakyat Amerika," kata Peskov.

Baca Juga: Indonesia Masuk Daftar Negara Tingkat Ancaman Risiko Bencana Alam Tertinggi di Dunia

Faktanya saat Biden menjabat  wakil presiden di bawah Barack Obama, hubungan Moskow dengan Washington mencapai titik terendah pasca-Perang Dingin ketika Rusia mencaplok Krimea.

Hubungan memburuk saat AS menuduh  Moskow  ikut campur dalam Pilpres AS tahun 2016 untuk mengarahkan suara dukungan pada Trump, sesuatu yang
dibantah Kremlin.

Baca Juga: Presiden Jokowi Kalahkan Imam Besar Al Azhar, Tokoh Islam Berpengaruh di Dunia 2020

Badan intelijen AS menyimpulkan  Rusia mencoba mengintervensi tapi Trump sendiri meragukan klaim tersebut dan tampaknya memihak Putin hingga memicu  kemarahan di dalam negeri.

Hubungan Trump dengan Rusia sendiri menjadi objek  penyelidikan selama dua tahun terkait kolusi.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x