3.000 WNA Bawa Covid-19 ke Indonesia! Menristek Waspadai Virus Baru, Boris Johnson Akui Masa Sulit

- 25 Desember 2020, 13:59 WIB
Ilustrasi varian baru Covid-19.
Ilustrasi varian baru Covid-19. /Pixabay/Tumisu /




GALAMEDIA - Sedikitnya 3.000 warga negara asing masuk ke Indonesia dalam kondisi terpapar virus corona (Covid-19) sejak pandemi melanda pada Maret 2020.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid 19, Doni Monardo dalam video conference Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis 24 Desember 2020.

Ia mengatakan, pihaknya akan memperkuat protokol kesehatan di Indonesia.

"Jadi ada puluhan ribu yang datang dari berbagai negara sejak Maret. Ternyata terjaring hampir 3.000. Tepatnya saya tak hafal, mungkin 2.700-an, 2.800-an. Hampir 3.000 orang terjaring positif Covid-19," kata Doni.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo


Ia pun mengungkapkan peningkatan kasus positif Covid-19 terjadi sejak liburan yang lalu pada akhir Oktober 2020.

Namun jika diperhatikan, angka kesembuhan dibandingkan dengan yang positif per hari itu jauh lebih banyak. Hal itu menyebabkan kasus aktif mengalami peningkatan.

"Jadi ini tantangan yang cukup besar bagi kita. Bapak Presiden dalam beberapa rapat terakhir di Istana telah memberikan perintah kepada KPC PEN dan semua jajaran Satgas untuk memastikan kesiapan rumah sakit di seluruh provinsi,” jelasnya.

Baca Juga: Hujan Deras DiprediksiTerus Dera Kota Bandung Hingga Terancam Banjir Besar, BMKG Ungkap Penyebabnya

Terkait mutasi Covid-19 bukan hal pertama yang terjadi di dunia. Sebelum penemuan Covid-19 varian Inggris sempat ditemukan juga mutasi D614G.

Menurut Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Prof. Bambang Brojonegoro, Ph.D. mutasi virus D614G tidak terbukti meningkatkan penularan lebih cepat, keparahan, dan tingkat kematian.

Menteri Riset danTeknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.
Menteri Riset danTeknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.


“Bedanya, yang sekarang ini kalau dilihat dari data, penyebarannya memang lebih cepat dan salah satu yang dipengaruhi varian Inggris ini dia menyerang bagian receptor binding domain (RBD),” ujar Bambang dalam konferensi pers BNPB, kemarin.

Ini berbeda dengan mutasi sebelumnya, karena D614G tidak menyerang RBD. Secara sederhana, RBD adalah domain pengikat reseptor yang terletak di protein lonjakan virus corona yang memungkinkannya berlabuh ke reseptor tubuh untuk masuk ke dalam sel dan menyebabkan infeksi.

Baca Juga: Gawat! Rizal Ramli Sebut Perekonomian Indonesia 2021 Bakal Lebih Buruk dari Krisis Moneter 1998

Dampak dari adanya varian baru Covid-19 ini adalah pada pemeriksaan PCR, lanjut Bambang. Varian baru Covid-19 memengaruhi kinerja beberapa tes PCR diagnostik yang menggunakan target gen s (spike) sehingga dapat terjadi gangguan akurasi.

Kecepatan penularan Covid-19 varian baru ini ditandai dengan kenaikan kasus di Inggris. Dari data Kementerian Riset dan Teknologi Nasional saat ini penular di Inggris akan menularkan virus ke lebih dari satu orang.

“Artinya, kalau satu orang membawa virus maka dia akan menyebarkan ke lebih dari satu orang. Padahal target kita kan harus satu orang atau tidak ada yang tertular.”

Baca Juga: Tampol Stafsus Milenial, Rizal Ramli: Mahasiswa Kini Tampak Kayak Anak Mami Tapi Konsen Soal Negara

Inggris Tenggara menjadi titik yang paling terdampak virus varian baru. Akibatnya, di wilayah tersebut terjadi peningkatan kasus yang jauh lebih cepat dibandingkan kasus nasional se-Inggris.

“Jadi varian ini memang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus harian lebih cepat.”

Dari sampel-sampel positif yang telah diperiksa pada awal Desember di Inggris, ternyata mayoritasnya (60 persen) sudah mengandung Covid-19 varian baru.

“Varian baru ini harus benar-benar diwaspadai,” tandasnya.

Perdana Menteri Boris Johnson
Perdana Menteri Boris Johnson


Sementara itu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan masa-masa sulit akan datang karena adanya penyebaran varian baru Covid-19.

Untuk mengatasi varian baru virus corona itu, Johnson memperingatkan bahwa diperlukan pengendalian terhadap penyebaran virus itu secara cepat.

"Saya tahu bahwa ini sangat sulit selama beberapa minggu terakhir dan saya harus memberi tahu masyarakat, itu akan terus sulit, karena kecepatan penyebaran varian baru," kata PM Inggris saat konferensi pers.

Inggris mengumumkan rekor infeksi baru COVID-19 pada Selasa 22 Desember saat berjuang melawan lonjakan infeksi yang disebabkan oleh varian baru virus corona.

Baca Juga: Heboh di Media Sosial, Anggota Fraksi PSI Diduga Minta Dana Bantuan Partai Naik

Menurut data resmi, tercatat 36.804 kasus baru dan 691 kematian dalam 28 hari usai dinyatakan positif, di mana keduanya meningkat tajam dibanding sehari sebelumnya.

Perdana Menteri Boris Johnson beserta penasihat ilmiah pada Sabtu 19 Desember mengatakan bahwa varian virus corona, yang bisa mencapai 70 persen lebih menular, sedang mengganas di Inggris meski tidak dianggap lebih mematikan atau pun menyebabkan penyakit yang lebih serius.

Sejak itu, otoritas menerapkan langkah pembatasan sosial terpadu yang ketat di London, Inggris tenggara dan Wales. Rencana untuk melonggarkan pembatasan selama Natal di seluruh wilayah diminimalisasi secara drastis atau dibatalkan sama sekali.

Baca Juga: Prabowo Subianto Telah Lupakan Para Pendukungnya di Pilpres 2019?

Banyak negara yang menutup perbatasan mereka untuk Inggris lantaran merasa khawatir dengan galur virus corona yang bermutasi.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x