Virus Varian Baru Kian Mengganas, Inggris Kembali Berlakukan Karantina Nasional

- 5 Januari 2021, 08:24 WIB
Perdana Menteri Boris Johnson
Perdana Menteri Boris Johnson /thenorthernecho.co.uk

GALAMEDIA - Perdana Menteri Boris Johnson pada Senin waktu setempat (Selasa WIB), memerintahkan Inggris untuk kembali melakukan lockdown (karantina) nasional demi menahan lonjakan kasus Covid-19, yang mengancam akan membuat sistem kesehatan kewalahan sebelum program vaksin mencapai masa kritis.

Perintah itu dikeluarkan hanya beberapa jam setelah pemerintah memuji keberhasilan Inggris sebagai negara pertama yang mulai meluncurkan vaksin hasil pengembangan Universitas Oxford dan AstraZeneca untuk melawan Covid-19.

Johnson mengatakan varian baru virus corona, yang lebih menular dan pertama kali diidentifikasi di Inggris serta sekarang bermunculan di banyak negara, menyebar sangat cepat dan karena itu tindakan perlu segera dijalankan guna memperlambat penularan.

Baca Juga: Harga Emas Dunia Kembali Melonjak ke Level Psikologis 1.900/Dolar AS

"Saat saya berbicara dengan Anda malam ini, rumah-rumah sakit kita mengalami tekanan lebih berat karena Covid dibandingkan sejak pandemi ini mulai muncul," kata Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi ke seluruh negeri.

"Dengan sebagian besar negeri sudah berada di bawah tindakan ekstrem, jelas bahwa kita perlu berbuat lebih banyak bersama-sama untuk mengendalikan varian baru ini," katanya.

"Karena itu kita harus melakukan karantina nasional, yang cukup sulit untuk menahan varian ini. Itu berarti pemerintah sekali lagi memerintahkan Anda untuk tetap berada di rumah."

Toko-toko dan industri layanan yang tidak penting harus tetap ditutup.

Baca Juga: Pengamat Sebut Panggungnya Sudah Disediakan, Mensos Risma Sibuk Cari Rumah Buat Tuna Wisma

Sementara itu, sekolah dasar dan menengah akan tutup mulai Selasa bagi semua siswa, kecuali anak-anak yang rentan dan mereka yang orang tuanya merupakan para petugas kunci.

Johnson mengatakan berbagai pembatasan itu berarti semua ujian tidak mungkin dilanjutkan musim panas ini.

Peniadaan ujian membuat Inggris mengalami tahun akademik kedua berturut-turut saat pandemi Covid-19 merusak program pendidikan siswa dan rencana masa depan.

Baca Juga: Menteri PUPR Berharap Jalan Tol Cisumdawi Bisa Beroperasi Mulai Tahun Ini

Johnson mengatakan bahwa jika peluncuran vaksin berjalan sesuai rencana dan jumlah kematian berkurang berkat karantina wilayah, Inggris mungkin akan mulai mencabut pembatasan pada pertengahan Februari.

Ia mendesak semua pihak agar berhati-hati tentang kerangka waktu itu dan meminta mereka untuk mematuhi aturan.

Saat Inggris bergulat dengan jumlah kematian tertinggi keenam di dunia dan kasus kembali mencapai titik tertinggi, kepala penasihat medis negara itu mengatakan penyebaran Covid-19 berisiko membuat sebagian besar sistem kesehatan dalam waktu 21 hari akan kewalahan.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Itu Perlu Ngutang, Jadi Saya Ngutang dan Diomelin Seluruh Rakyat Indonesia

Pemerintah Johnson sebelumnya menggembar-gemborkan "kemenangan" ilmiah karena Inggris menjadi negara pertama di dunia yang mulai memvaksinasi penduduknya dengan suntikan vaksin Oxford/AstraZeneca.

Namun walaupun program vaksinasi sudah diluncurkan, jumlah kasus Covid-19 dan kematian terus meningkat.

Sejak pandemi mulai muncul, sudah lebih dari 75.000 orang di Inggris meninggal akibat Covid-19 --dalam 28 hari sejak mereka dinyatakan positif terpapar virus corona.

Rekor 58.784 kasus baru corona dilaporkan pada Senin.

Baca Juga: Diimbangi Cadiz 1-1, Valencia Susah Payah Tinggalkan Zona Degradasi

Ekonomi Inggris mengalami kehancuran bersejarah hampir 20 persen pada periode April-Juni tahun 2020, ketika sebagian besar bisnis ditutup saat lockdown pertama.

Sumber: Reuters

Editor: Kiki Kurnia


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x