Harga Kedelai Melambung, Pengusaha Tahu di Garut Harus Putar Otak

- 6 Januari 2021, 19:52 WIB
Salah satu pekeja di pabrik tahu di Kecamatan Limbangan, tengah memproduksi tahu untuk dipasarkan.
Salah satu pekeja di pabrik tahu di Kecamatan Limbangan, tengah memproduksi tahu untuk dipasarkan. /Robi Taufik Akbar




GALAMEDIA - Harga kacang kedelai melambung tinggi, berdampak pada para pelaku usaha pembuatan tahu tempe di Kabupaten Garut. Bahkan beberapa hari terakhir tahun dan tempe sempat hilang dari peredaran.

Kenaikan bahan baku tahu dan tempe sangat dirasakan oleh pengusaha tahu dan tempe. Bahkan, harus memutar otak agar tidak menghentikan produksi.

Heri salah satu pengusaha tahu asal Limbangan, mengaku, untuk bisa terus memproduksi tahu, dirinya harus rela dengan mengambil keuntingan sedikit dan memilih mempertahankan tenaga kerja.

Baca Juga: Gubernur Jabar Ridwan Kamil: Ada 1.000 Tenaga Kesehatan di Zona Merah

"Kebutuhan tahu memang sedang meningkat. Terpakasa dalam mengambil keuntungan tidak seperti biasanya atau berkurang Rp 2 juta setiap minggu nya," ujar Heri, Rabu 6 Januari 2021.

Dikatakan Heri, saat ini bahan baku tahu atau kacang kedelai hampir tembus mencapai Rp10 ribu rupiah/kilo. Kenaikan tersebut sangat membingungkan ditengah kondisi pandemi Covid-19.

"Aneh juga dolar saja masih dibawah, harga kacang kedelai naik tajam," ucapnya.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Sebut Diberlakukan atau Tidak PSBB Jawa Bali Tetap Berdampak Pada Perekonomian

Heri berharap, pemerintah segera mencarikan solusi dan mencari penyebab kenaikan kacang kedelai.

"Memang di pasar tradisional saat ini sulit untuk mendapatkan tahu dan tempe. Banyak pengusaha yang menghentikan produksinya. Hilangnya diperedaran itu untuk menaikan harga jual tahu," jelasnya.

Heri mengaku, guna menekan angka produksi tahu, setiap hari dalam memproduksi tahu mengurangi jumlah tenaga kera. Yang mana kerjanya secara bergantian.

Baca Juga: Boleh Dicoba, Ini 7 Game Mobile Terbaru di Tahun 2021

"Kalau merumahkan pegawai justru gak bisa. Lebih baik memperkerjakan secara bergiliran apalagi kondisi ekonomi saat ini tengah dilanda pandemi Covid-19," katanya.

Kendati demikian, Heri harus memutar otak agar kebutuhan tahu bisa ada dalam setiap hari.

"Kalau mengurangi ukuran tahu itu sangat tidak memungkinkan. Paling kita mengorbankan keuntungan," cetusnya. ***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x