GALAMEDIA - Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengingatkan masyarakat agar jangan berprasangka berlebihan atas pembebasan terpidana terorisme Abu Bakar Ba'asyir pada Jumat ini , 8 Januari 2021.
"Mengenai dampak, sedikit banyak tentu ada. Bagaimanapun nama beliau selama ini lekat dengan kasus-kasus dan jaringan terorisme. Tentu kebebasannya berpotensi memunculkan kekhawatiran dan prasangka. Namun, saya kira hal itu tak perlu direspons berlebihan," kata Fahmi di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pemerintah cukup menyampaikan bahwa pembebasan Abu Bakar Ba'asyir bukanlah sebuah keputusan politik.
Baca Juga: Lupakan Dulu Calon Kapolri, Papua Masih Memanas Usai Pembakaran Pesawat MAF
"Pemerintah juga memastikan bahwa meski telah bebas, tetap akan memantau dan melakukan pembinaan sebagaimana terhadap para mantan napi lainnya," ujarnya.
Pembebasan Ba'asyir, kata dia, harus dipahami bahwa statusnya adalah bebas murni. Artinya, ini adalah hak yang bersangkutan yang harus diberikan setelah tuntas menjalani hukuman.
Terkait dengan pengaruh Ba'asyir terhadap jaringan terorisme, salah satunya Jamaah Islamiyah, menurut dia, memang masih ada pengaruhnya. Namun, tidak sekuat dahulu.
Baca Juga: WhatsApp Keluarkan Pembaruan Kebijakan Privasi Pengguna, Pengamat: Ancaman bagi Primasi
"Bagaimanapun beliau (Ba'asyir) sudah lanjut usia dan kondisi kesehatannya sudah sangat menurun. Tentu ini akan sangat berpengaruh pada aktivitas kesehariannya setelah bebas," katanya.
Di sisi lain, lanjut Fahmi, konstelasi kelompok radikal maupun jaringan-jaringan kekerasan ekstrem sudah banyak mengalami perubahan, baik karena upaya penindakan maupun karena munculnya tokoh-tokoh baru yang bisa saja berbeda afiliasinya.