Presiden Jokowi Terima Vaksin Covid-19, Dua Tokoh Ini Malah Umbar Penolakan

- 13 Januari 2021, 15:19 WIB
Presiden Joko Widodo (tengah) bersiap disuntik dosis pertama vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021).
Presiden Joko Widodo (tengah) bersiap disuntik dosis pertama vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). /Antara/Setpres-Agus Suparto




GALAMEDIA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerima suntikan vaksin Covid-19, Rabu 13 Januari 2021.

Terkait vaksinasi, Jokowi berharap agar prosesnya untuk seluruh rakyat Indonesia bisa berjalan lancar.

Namun di balik itu semua, ada dua tokoh di Indonesia justru melakukan penolakan terhadap vaksin tersebut.

Tokoh pertama yang menolak adalah anggota DPR RI Fraksi PDIP Ribka Tjiptaning. Ia menyampaikan penolakan tersebut dalam sebuah rapat di gedung DPR di hadapan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Baca Juga: Peneliti: Terlalu Dini Umumkan Kematian Demokrasi di Indonesia, Namun Tak Jelas Cara Stop Pembusukan

Untuk tokoh kedua yakni seorang ahli epidemiologi dr Tifauzia Tyassuma yang menyampaikan penolakan lewat akun Facebooknya.

Dalam rapat tersebut, dokter Ribka secara tegas menolak vaksinasi Covid-19, ia mengaku sangat meragukan keamanan vaksin Covid-19 produksi Sinovac.

“Soal vaksin, saya tetap tidak mau divaksin meskipun sampai yang usia 63 tahun bisa divaksin,” katanya dalam Rapat Kerja Komisi IX dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang digelar daring Selasa 12 Januari 2021.

Pakar epidemologi dr. Tifauza Tyassuma pun lantang menyampaikan penolakan terhadap agenda vaksinasi.  

Baca Juga: Simak, Berikut Cara Cek Penerima Vaksin Covid-19 dan Syaratnya

Pandangan soal vaksin dari dr. Tifa berbeda dengan Ribka Tjiptaning. Bagi dr. Tifa, yang ia tolak bukan vaksin secara umum namun vaksin Sinovac yang akan digunakan secara masal di Indonesia.

“Saya bukan menolak vaksin, saya mendukung vaksin, saya taat Undang Undang. Hanya saja yang saya tolak adalah vaksin Sinovac,” ujarnya dilaman Facebooknya.

Dalam tulisannya ia mengakui bahwa banyak tenaga kesehatan sejawatnya yang mempertanyakan pernyataannya.

“Rupanya banyak pihak, termasuk teman sejawat para dokter dan nakes, yang heran atau tidak setuju dengan sikap saya yang keras soal vaksin Sinovac. Virus yang jadi bahan baku utama yang terbaik dan tertepat adalah virus yang beredar di lokasi di mana vaksin akan digunakan,” ujarnya.

Baca Juga: AS Segera Beberkan Bukti Baru, Virus Corona Bocor dari Laboratorium Virologi Wuhan China

dr. Tifa juga menyebut Indonesia punya vaksin buatan anak negeri yang menurutnya tak kalah baik dari Sinovac.

“Bahan baku vaksin Merah Putih dibuat dari virus yang beredar di Indonesia. Dan karena Coronavirus baru ada di Indonesia bulan Maret 2020, maka start pembuatan vaksin Merah Putih lebih lambat dibanding vaksin negara lain,” ujarnya.

Dijelaskan pula oleh dr. Tifa bahwa Indonesia punya pakar mikrobiologi kelas dunia di beberapa lembaga di bawah Koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, salah satunya adalah Lembaga Eijkmann.

Baca Juga: Flat Foot atau Telapak Kaki Datar pada Anak Perlu Diobati? Ini Kata Dokter

“Saya sangat paham dan yakin dengan kapabilitas para senior, guru, mentor dan teman sejawat para peneliti kedokteran. Saya yakin kualitasnya sangat baik,” ucapnya lagi.

Penolakan-penolakan dari para tokoh ini ditakutkan akan memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap vaksin yang akan diterima.

Dikhawatirkan pula jika pernyataan yang disampaikan akan memunculkan rasa takut di tengah-tengah masyarakat.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x