GALAMEDIA - Selama ini proses pengambilan sampel darah pada tikus merupakan aktivitas yang cukup sulit. Tidak semua peneliti terkait mampu melakukannya. Restrainer selama ini digunakan agar tikus tidak banyak bergerak sehingga akan membantu proses pengambilan darah.
Namun, restrainer yang saat ini banyak beredar di pasaran juga belum optimal untuk memudahkan pengambilan darah. Meski tikus sudah ditahan di chamber, peneliti masih sulit mengambil sampel karena lokasi pembuluh vena yang tidak terlihat.
Untuk itulah, tim peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) mengembangkan restrainer untuk pengambilan sampel darah pada tikus percobaan secara lebih aman dan mudah.
Restrainer yang dikembangkan ini juga dinilai lebih etis dan memperhatikan tingkat kesejahteraan hewan (animal welfare) dibandingkan produk serupa yang beredar di pasaran.
Restrainer ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Divisi Fisiologi Fakultas Kedokteran Unpad, yaitu Ronny, PhD (koordinator), Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno, PhD, Hanna, PhD, Dr. Yuni Susanti Pratiwi, Nova Sylviana, dr., M.Kes., Dr. Aziiz Mardanarian Rosdianto, dan Juliati, dr., AIF.
Pengembangan restrainer juga mendapat arahan langsung dari Dr.med. Setiawan, dan Prof. Roostita Balia, Prof. Rizky Abdullah, dan Dr. Vita Murniati Tarawan.
“Banyak tikus yang akhirnya seringkali ditusuk beberapa kali karena darahnya tidak keluar,” jelas Ronny dalam siaran persnya Sabtu, 30 Januari 2021.
Berangkat dari kendala tersebut, katanya para peneliti kemudian mencari solusi agar proses pengambilan sampel bisa lebih mudah dilakukan dengan tetap memperhatikan tingkat kesejahteraan hewan.