Peringatan Ilmuwan, Gunung Es Antartika Terus Mencair Bumi Terancam Periode Dingin yang Memicu Zaman Es

- 9 Februari 2021, 16:00 WIB
Ilustrasi es di Antartika.
Ilustrasi es di Antartika. / Pexels/Kristina Gain

GALAMEDIA - Gunung es di Antartika yang secara bertahap mencair semakin jauh dari benua beku tersebut bisa menjadi pemicu yang menjerumuskan Bumi ke zaman es baru, demikian temuan penelitian yang terbaru.

Para peneliti dari Universitas Cardiff merekonstruksi kondisi iklim masa lalu dan mengidentifikasi pecahan kecil batuan Antartika yang jatuh di laut terbuka sebagai bagian dari studi yang dirancang untuk memahami bagaimana zaman es dimulai.

Baca Juga: CATAT!!! Ini Syarat dan Cara Mendaftar KIP Kuliah 2021

Dikutip Galamedia dari DailyMail, belum lama ini siklus zaman es selama 1,6 juta tahun terakhir dipengaruhi perubahan berkala pada orbit Bumi yang mengubah seberapa banyak radiasi matahari mencapai permukaan.

Sebelum studi ini sedikit yang diketahui tentang bagaimana perubahan energi matahari dari perubahan kecil di orbit dapat mengubah iklim bumi secara dramatis.

Kini peneliti menemukan bahwa gunung es yang mencair secara bertahap memindahkan air tawar dari Selatan ke Samudra Atlantik dengan mencairkan lebih banyak gunung es dari Antartika.

Baca Juga: Jokowi Minta Masyarakat Aktif Kritik Pemerintah, Begini Tanggapan Aktivis HAM

Ini menyebabkan perubahan sirkulasi laut dan dapat menjerumuskan planet Bumi ke dalam periode dingin hingga memicu zaman es.

Dampak emisi CO2 yang diciptakan manusia dapat membuat Samudra Selatan terlalu hangat untuk dicapai oleh gunung es Antartika, sekaligus mengakhiri siklus 1,6 juta tahun zaman es yang dimulai dengan mencairnya gunung es, demikian tim studi memperingatkan.

Tim mengungkap ketika orbit Bumi mengelilingi Matahari dengan sejajar, gunung es Antartika mulai mencair dengan jangkauan kian jauh. 

Hal ini menyebabkan volume besar air tawar dipindahkan dari Samudra Selatan ke Samudra Atlantik.

Baca Juga: Wali Kota Bikin Kesal, Warga Frontera Ramai-ramai Mengikatnya di Pohon

Saat Samudra Selatan semakin asin dan Atlantik Utara semakin segar, pola sirkulasi lautan skala besar mulai berubah secara dramatis, menarik CO2 keluar dari atmosfer dan mengurangi apa yang disebut efek rumah kaca.

Menurut tim studi semua itu pada gilirannya mendorong Bumi ke dalam kondisi zaman es. Tim merekonstruksi kondisi iklim masa lalu termasuk menemukan pecahan kecil batuan Antartika yang jatuh di laut terbuka oleh gunung es yang mencair.

Fragmen batuan tersebut diperoleh dari sedimen yang ditemukan oleh International Ocean Discovery Program (IODP) yang mewakili 1,6 juta tahun sejarah.

Baca Juga: Sempat Menggunakan Inhaler, Azarenka Tersingkir di Babak Pertama Australian Open oleh Jessica Pegula

Mereka menemukan bahwa gunung es yang mencair secara bertahap memindahkan air tawar dari Selatan ke Samudra Atlantik dengan mencair lebih jauh dari Antartika.

Ini  menyebabkan perubahan sirkulasi laut dan dapat menjerumuskan planet ke dalam periode dingin hingga memicu zaman es.

Dampak emisi CO2 yang diciptakan manusia dapat membuat Samudra Selatan terlalu hangat untuk dicapai oleh gunung es Antartika, juga mengakhiri siklus 1,6 juta tahun zaman es yang dimulai dengan mencairnya gunung es.

Baca Juga: 5 Manfaat Habbatusauda untuk Kesehatan Tubuh, Penderita Asma dan Diabetes Sangat Disarankan Minum Ini

Studi menemukan bahwa endapan yang dikenal sebagai Ice-Rafted Debris, tampaknya secara konsisten menyebabkan perubahan sirkulasi laut dalam.

Tim yang juga menggunakan simulasi model iklim baru untuk menguji hipotesis mereka, menemukan bahwa volume besar air tawar dapat dipindahkan oleh gunung es.

Penulis utama studi Aidan Starr, mengatakan mereka dibuat takjub dengan hubungan antara pencairan gunung es dan sirkulasi laut di permulaan setiap zaman es selama 1,6 juta tahun terakhir.

Baca Juga: Seru! Gong Hyo Jin akan Menjadi Pemeran Utama Drama Terbaru 'Woman of Crisis.

"Peran utama Laut Selatan dan Antartika dalam iklim global telah menjadi spekulasi, tetapi melihatnya dengan jelas dalam bukti geologis sangat menarik," katanya.

Profesor Ian Hall, salah satu penulis studi dan kepala ilmuwan Ekspedisi IODP, dari Cardiff, mengatakan hasil penelitian menjadi 'mata rantai yang hilang' dalam sejarah zaman es.

Bumi secara teratur jatuh ke dalam kondisi zaman es, tetapi saat ini berada dalam periode interglasial di mana suhu lebih hangat.

Baca Juga: Banyak Informasi Hoax Soal KIP Kuliah, Ini Klarifikasi Kemdikbud

Namun, hal itu mungkin tidak akan terjadi lagi dengan cara yang sama, karena dampak emisi CO2 yang diciptakan manusia yang menghangatkan dunia.

Para peneliti mengatakan ritme alami siklus zaman es dapat terganggu karena Samudra Selatan kemungkinan akan menjadi terlalu hangat bagi gunung es Antartika.

Tepatnya untuk melakukan perjalanan cukup jauh untuk memicu perubahan sirkulasi laut yang diperlukan untuk memulai zaman es.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x