Banjir Kembali Landa Jakarta, Kepala BMKG Ungkap 4 Penyebab Hujan Super Lebat 19 - 20 Februari 2021

- 20 Februari 2021, 15:47 WIB
Ilustrasi - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada pertemuan virtual membahas tentang penyebab hujan lebat di Jakarta.
Ilustrasi - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada pertemuan virtual membahas tentang penyebab hujan lebat di Jakarta. / ANTARA/HO-BMKG/



GALAMEDIA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkap empat penyebab wilayah Jakarta mengalami hujan ekstrem pada periode 19 sampai dengan 20 Februari 2021 hingga menimbulkan banjir.

“Curah hujan ekstrem terjadi dipengaruhi kondisi tanggal 18-19 Februari ada seruakan udara dari Asia yang signifikan menyebabkan peningakatan curah hujan di Indonesia bagian barat,” kata Dwikorita dalam keterangan pers daring, Sabtu, 20 Februari 2021.

Kedua, ada pembelokan dan pertemuan angin dari arah utara yang kebetulan membelok tepat di Jabodetabek. Saat membelok, angin melambat sehingga ada pembentukan intensitas awan hujan yang kemudian terkondensasi menjadi hujan tinggi.

Baca Juga: Jakarta Banjir Lagi, Rumah Nicky Tirta Tergenang: Sudah 20 Tahun, Dinikmati Aja, Sambil Ngopi

Bertemunya angin dari utara dengan angin dari arah Samudera Hindia sehingga terhalang untuk menerobos ke selatan, membuat angin membelok ke timur dan terjadi perlambatan tepat di atas Jabodetabek.

Perlambatan itu yang, menurut Dwikorita, menjadikan intensitas awan hujan akhirnya terkondensasi membentuk hujan.

Faktor ketiga yang menyebabkan hujan ekstrem di beberapa wilayah Jakarta dan hujan lebat hingga sangat lebat di wilayah Jabodetabek yakni adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara sebagian besar wilayah barat Jawa yang tinggi, sehingga mengakibatkan pembentukan awan hujan di Jabodetabek.

Baca Juga: Jakarta Banjir Lagi, Ketua FAKTA: Dibutuhkan Tindakan Menata Air, Bukan Menata Kata-kata

Terakhir, ia mengatakan terpantau adanya pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi sebagian besar di Pulau Jawa.

Pusat tekanan rendah itu diperkirakan masih akan berlangsung hingga April mendatang.

“Jadi fenomena di Pulau Jawa, ada pertemuan angin itu dipengaruhi terbentuknya daerah tekanan rendah di Australia Utara yang membentuk pola konvergensi di Jawa dan berkontribusi menimbulkan awan hujan di sebagian Jawa dan Jabodetabek,” ujar Dwikorita

Sekarang sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, masih ada di puncak musim hujan. Jadi hujan sedang hingga lebat diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir Februari hingga awal Maret 2021.

Baca Juga: BMKG Ingatkan Hari ini dan 4 Hari ke Depan Wilayah Jabodetabek akan Diguyur Hujan


BMKG mencatat wilayah Halim Perdanakusuma, Sunter Hulu, Lebak Bulus dan Pasar Minggu mengalami hujan ekstrem pada rentang pukul 07.00 WIB 19 Februari hingga pukul 07.00 WIB 20 Februari dengan intensitas curah hujan tertinggi terjadi di Pasar Minggu mencapai 226 milimeter (mm) per hari.

Sejumlah wilayah Jabodetabek mengalami banjir pascahujan ekstrem yang terjadi.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x