Sebut Fadli Zon, Rocky Gerung dan Anwar Abbas Menggelikan, Advokat PERADI: Hanya Suka Nyinyir

- 28 Februari 2021, 18:58 WIB
Petrus Selestinus.
Petrus Selestinus. /Dok. Pribadi Petrus Selestinus./

GALAMEDIA - Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus kerumunan warga menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat hendak meresmikan bendungan untuk Food Estate di Maumere, Nusa Tenggara Timur berbeda dengan kerumunan massa pendukung Habib Rizieq Shihab (HRS).

Menurutnya, peristiwa kerumunan rakyat Maumere menyambut Jokowi sebagai luapan ungkapan kegembiraan secara spontan tanpa motif politik dan ideologi sehingga tidak berujung pidana.

Berbeda dengan kerumunan pendukung Habib Rizieq, lanjut dia  massa diundang dan terorgaidir dan berujung sebagai tindak pidana.

"Peristiwa kerumunan di Maumere tidak lebih daripada sekedar luapan ungkapan kegembiraan secara spontan tanpa motif politik dan ideologi. Sedangkan kasus kerumunan massa Rizieq Shihab pada 10 - 11 November 2020 massa diundang dan diorganisir, sehingga berimplikasi sebagai tindak pidana secara belapis dan bermotif politik dan ideologi," ungkap Petrus dalam keterangannya, Minggu, 28 Februari 2021.

Baca Juga: Marzuki Alie Nekat Kritik Anies Baswedan, Netizen Sebut Cocok Jadi Gubernur dari Partai Kudeta

Sehubungan hal itu, Petrus berharap tidak ada lagi pihak yang menyamakan dua peristiwa tersebut.

Iapun menyatakan, mereka yang mencoba menyamakan dua peristiwa itu menggunakan logika sesat.

"Mereka yang menggunakan logika terbalik, sesat dan mereka yang hanya suka nyinyir melakukan politicking pada setiap aktivita kenegaraan Presiden Jokowi di mana pun, untuk memaksa publik percaya pada sikap mereka," katanya.

Baca Juga: Semprot PSI Soal Hak Interpelasi Anies Baswedan, PDIP: Pengen Manggung Sendiri, Kita Lihat Arogan

Advokat PERADI itu mengungkapkan, menggeneralisir peristiwa kerumunan segelintir warga Maumere dengan kerumunan massa Habib Rizieq jelas tidak kompatibel dan tidak memiliki dasar hukum.

"Menggeneralisir peristiwa kerumunan segelintir warga di Maumere dengan kasus kerumunan massa Rizieq Shihab, jelas tidak kompatibel dan tidak memiliki dasar hukum bahkan telah merendahkan harga diri dan martabat Presiden Jokowi," katanya.

Ditambahkan, perbedaan lain dari dua peristiwa itu, kerumunan di Maumere tidak ada ceramah dari Jokowi di hadapan warga yang berkerumun. Namun, hanya murni soal luapan kebahagiaan warga.

Baca Juga: Tanggapi OTT Gubernur Sulsel, KSP: Penindakan Korupsi Akan Dilakukan Secara Konsisten  

"Peristiwa kerumunan warga di Maumere, tidak terdapat motif politik dan ideologi, tidak ada ceramah atau pidato dari Presiden Jokowi di hadapan warga yang berkerumun, tetapi murni soal luapan kebahagiaan dan kegembiraan," tegasnya.

Oleh karena itu, kata Petrus, aneh dan menggelikan, jika Fadli Zon, Rocky Gerung dan Anwar Abbas mencoba menggeneralisir dua peristiwa tersebut.

"Aneh dan menggelikan, jika saja orang seperti Fadli Zon, Rocky Gerung, dan Anwar Abbas secara tidak bertanggung jawab dan licik mencoba menggeneralisir kasus kerumunan massa Rizieq Shihab dengan peristiwa luapan kegembiraan yang menimbulkan kerumunan warga Maumere saat Presiden Jokowi berkunjung pada 23 Februari 2021 yang lalu," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x