Gatot Nurmantyo Dituding Bohong Soal Kudeta Partai Demokrat, 'Terserah, Tapi Saya Harus Lindungi Teman Saya'

- 8 Maret 2021, 21:35 WIB
Tangkapan layar Gatot Nurmantyo dalam sebuah video pendek yang diunggah di akun instagramnya
Tangkapan layar Gatot Nurmantyo dalam sebuah video pendek yang diunggah di akun instagramnya /instagram.com/nurmantyo_gatot


GALAMEDIA - Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo kembali angkat bicara soal terpilihnya Moeldoko menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada acara Kongres Luar Biasa (KLB) di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat, 5 Maret 2021.

Sebelumnya Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini pun sempat membeberkan fakta bahwa dirinya pun pernah ditawari posisi ketum Demokrat sebagaimana Kepala Staf Presiden, Moeldoko. Bahkan disebutkanm tawaran itu datang dua kali kepadanya.

Hal yang mengejutkan, lanjut dia, ada orang kuat dan berpengaruh yang menawarinya posisi tersebut.

Namun, Gatot enggan menyebut nama.

"Saya pikir dia tidak bisa dikendalikan ya, orang itu. Orang ini orang cukup berpengaruh. Hanya dia menginginkan saya untuk maju, sehingga ada alternatif," ujar Gatot, Senin, 8 Maret 2021.

Baca Juga: Jelang Panen Raya, Pemerintah Malah akan Impor Beras 1 Juta Ton, Mardani: Itu Sangat Khianati Petani

Saat ditanya apakah orang tersebut sama dengan orang yang menawarinya posisi ketum Demokrat kepada Moeldoko, Gatot menyebut bukan.

"Saya pikir tidak. Tetapi dia tahu persis dan pernah ketemu," ungkapnya.

Saat tawaran itu datang kedua kali padanya, Gatot menyebut bahwa orang itu menyampaikan padanya bahwa akan ada kudeta seperti yang sudah terlihat dalam KLB di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara.

"Begitu AHY ngomong (mengungkapkan isu kudeta ke publik), dia datang lagi," jelas Gatot.

Namun kata Gatot, AHY tidak tahu akan hal itu.

Saat ditanya motif orang tersebut mengajaknya mengudeta Demokrat, Gatot tidak menjawab secara gamblang.

Baca Juga: Jokowi Biasa Saja Ketika Moeldoko Terseret KLB Demokrat, Rocky Gerung: Dia Tangan Kanan Presiden

"Orang ini dapat dikatakan bersama-sama membantu lahirnya Demokrat. Kemudian punya hubungan yang kuat dengan Pak SBY. Kemudian orang ini begitu Pak SBY selesai, dia mengatakan, 'Pak, saya sekarang tidak di Demokrat lagi'. Jadi orang yang bebas," katanya.

Saat disinggung soal komentar orang-orang yang menuduhnya menyampaikan kabar bohong terkait tawaran tersebut, Gatot tak acuh.

"Ya bebas saja orang mengatakan hoaks, mengatakan saya bohong. Terserah. Tetapi saya harus melindungi teman saya. Saya tidak minta dipercaya. Tanggapan orang sah-sah saja. Dan tanggapan saya kemarin sebelum KLB. Jadi saya menyampaikan apa adanya. Saya gak punya kepentingan," katanya.

Saat ditanya tanggapannya terkait Moeldoko yang kini dipilih jadi Ketum Demokrat versi KLB, Gatot enggan menjawab.

Baca Juga: PPKM Mikro Diperpanjang, Ini 3 Provinsi Tambahan di Luar Jawa-Bali

"Saya tidak akan berkomentar tentang Pak Moeldoko. Beliau adalah senior saya dan beliau yang saya gantikan. Sedangkan bapak SBY saja tidak marah kepada Pak Moeldoko. Tapi, sangat disayangkan hal ini terjadi," kata dia.

Sebelumnya, Gatot mengaku menolak tawaran itu, dengan alasan bahwa hal tersebut tidak etis dan bertentangan dengan moral.

Jenderal TNI (purn) Gatot Nurmantyo sempat ditawari congkel AHY dari Partai Demokrat.
Jenderal TNI (purn) Gatot Nurmantyo sempat ditawari congkel AHY dari Partai Demokrat. Tangkapan layar YouTube/Bang Arief


Apalagi, ia pernah diberi jabatan oleh Susilo Bambang Yudhoyono kala itu, antara lain sebagai Pangkostrad dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

"Gini lho. Saya ini bisa naik bintang 1 bintang 2. Taruhlah itu biasa. Tapi kalau saya naik bintang 3, itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti presiden tahu, apalagi presidennya tentara waktu itu, Pak SBY. Tidak sembarangan."

"Bahkan, saya dipanggil, 'Kamu akan saya jadikan KSAD'. Laksanakan tugas dengan profesional. Beliau berpesan, 'laksanakan tugas dengan profesional, cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiranmu'."

Baca Juga: Menpan RB Tjahjo Kumolo Larang PNS dan Keluarga Liburan

"Apakah iya saya dibesarkan oleh 2 presiden, satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Jokowi, terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?" kata Gatot.

Dengan menukil kejadian seekor puma yang tidak jadi memakan orang utan yang sudah diterkam karena tahu bahwa orang utan itu punya anak, Gatot menyampaikan nilai moral dari kasus tersebut.

"Nah, value apa yang akan saya berikan kepada anak saya? Waduh itu anak enggak beradab tuh. Sudah dijadikan KSAD sama ini (SBY), anaknya menjabat malah digantiin, malah dihabisin, untuk yang lebih besar lagi," katanya.

Baca Juga: Sebut Para Jenderal, Andi Arief Beberkan Kupas Rahasia Moeldoko

"Saya bilang, saya terima kasih, tetapi moral etika saya tidak bisa menerima yang seperti itu. Akhirnya, 'Pak kan..', 'Sudahlah, enggak usah bicara lagi', saya bilang," kata Gatot menambahkan.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x