Tak Hanya Kudeta AHY dari Partai Demokrat, Gatot Nurmantyo Tolak Jabatan Impiannya

- 9 Maret 2021, 21:55 WIB
Presidium KAMI Gatot Nurmantyo.
Presidium KAMI Gatot Nurmantyo. /


GALAMEDIA - Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo sebelumnya mengaku sempat menolak melakukan kudeta Partai Demokrat melalui Kongres Luar Biasa (KLB).

Tak hanya itu, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini pun mengaku menolak diberi jabatan sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).

Ia menyatakan, persoalan moral dan etika lebih penting ketimbang sebuah jabatan.

Dalam kesempatan itu, ia mengakui bahwa memang sempat ada tawaran untuk menggulingkan kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, seperti yang dilakukan oleh Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko saat ini.

Baca Juga: Demokrat AHY Bakal Dilaporkan ke Bareskrim, Loyalis Moeldoko: Diduga Terjadi Persekongkolan Jahat

Hanya saja mengingat jasa yang telah diberikan oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada dirinya, Gatot dengan tegas menolak tawaran tersebut.

Di antaranya pernah dipercaya menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

"Dari ini terus saya harus menurunkan putra SBY yaitu AHY dan saya gantikan, ya saya katakan moralitas dan etika saya tidak bisa," ujar Gatot.

Namun rupanya sikapnya yang menghormati senior tidak hanya ditunjukkan saat menolak mengkudeta Partai Demokrat.

Baca Juga: Jimly Asshiddiqie Bisa Membuat AHY Merasa Lega Hadapi Masalah Partai Demokrat

Ia mengaku juga pernah menolak diberikan jabatan sebagai Menteri Pertahanan.

Meski tidak mengelak bahwa posisi Menteri Pertahanan sebenarnya menjadi jabatan yang diimpikan oleh seorang Panglima TNI.

"Pada saat saya menjadi Panglima TNI, setiap Panglima TNI adalah bermimpi untuk menjadi Menteri Pertahanan," kata Gatot.

"Saya buka saja, saya pernah dari Mensesneg mengatakan presiden akan menjadikan saya sebagai Menteri Pertahanan," ungkapnya.

Baca Juga: Menkum HAM Yasonna Laoly Minta SBY dan AHY Tak Tuding Pemerintah, Begini Reaksi Partai Demokrat

"Tetapi karena saya akan menggantikan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, itupun saya tolak karena beliau adalah senior saya," imbuh Gatot.

Ia menegaskan bahwa setiap perwira harusnya berpegang teguh pada kode etik perwira dalam setiap pengambilan keputusan.

"Dan yang saya lakukan bagi seorang perwira yang punya budhi bhakti wira utama, itu tidak akan dilakukan," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x