Badai Pandemi Hantam Pengrajin dan Pengusaha Kain Sarung Majalaya, Hingga Hari Kedua Ramadhan Pemasaran Sepi

- 14 April 2021, 13:43 WIB
  Sarung yang dihasilkan pengusaha sarung asal Majalaya Kabupaten Bandung.      
Sarung yang dihasilkan pengusaha sarung asal Majalaya Kabupaten Bandung.      /engkos kosasih
GALAMEDIA - Pemasaran produk sarung asal Majalaya Kabupaten Bandung, hingga memasuki hari kedua bulan suci Ramadhan 1442 H belum ada geliat dan terkesan masih sepi.
 
"Pemasaran sarung asal Majalaya masih lesu dan belum ada pertanda pemesanan sampai saat ini akan menggeliat," kata pelaku usaha sarung asal Majalaya Opa Teguh kepada Galamaedia di Majalaya, Rabu 14 April 2021. 
 
Menurut Opa Teguh, lesunya pemasaran sarung diperkirakan dipicu oleh pandemi Covid-19, sehingga warga yang biasanya memborong atau memesan sarung hingga puluhan kodi per orangnya, nyaris tidak ada. 
 
"Sebelum pandemi Covid-19, pemasaran sarung cukup menjanjikan karena banyak orang yang memesan. Namun saat ini, belum ada satu orang pun yang memesan sarung," keluh Opa Teguh.
 
Dikatakanhya, lesunya pemasaran sarung itu sudah dirasakan pada Ramadhan tahun lalu, pemasaran sarung anjlok karena sudah terdampak pandemi Covid-19.
 
 
"Biasanya, pemasaran sarung mencapai puluhan kodi jelang Ramadhan. Pada Ramadhan tahun lalu, hanya 5 kodi yang terjual, bahkan saat ini belum ada pesanan sarung," ungkapnya. 
 
Menurutnya, tak hanya pelaku dan pedagang kecil saja yang terkena dampak lesunya pemasaran sarung akibat virus corona.
 
"Pengusaha sarung dengan menghasilkan produksi cukup banyak juga, merasakan hal serupa. Pengusaha sarung dengan produksi yang cukup banyak bisa memasarkan ribuan sampai puluham ribu kodi sarung disaat jelang Ramadan atau Lebaran. Namun saat ini, setelah saya komunikasi dengan pengusaha sarung lainnya juga merasakan kondisi serupa. Pemasaran sepi," tuturnya.
 
Kalau pun ada pesanan, Opa Teguh mengungkapkan, hanya pesanan kain cele untuk bahan baku pakaian yang diterima pengusaha sarung tersebut. "Kalau pesanan sarung belum ada," katanya.
 
 
Ia pun terus berusaha memasarkan sarung kepada sejumlah pihak, termasuk pejabat di lingkungan pemerintahan. Dengan harapan pemasaran sarung menggeliat, setelah banyak pihak melirik kebutuhan sarung untuk pelaksanaan salah wajib maupun sunat. 
 
"Apalagi sarung merupakan kebutuhan untuk busana muslim dan gaya hidup. Bahkan sarung bisa digunakan untuk bahan baku pakaian," katanya.
 
Opa Teguh menyebutkan, harga sarung asal Majalaya itu bervariasi, bergantung ada kualitas bahan baku benang untuk memproduksi sarung tersebut. Mulai dari harga Rp 475.000 per kodi, Rp 490.000 per kodi, Rp 550.000 per kodi dan lebih dari harga tersebut. 
"Kualitas sarung menentukan harga jual," katanya. 
 
Menurutnya, dampak lesunya pemasaran sarung akibat pandemi Covid-19, sarung yang sudah siap dipasarkan dari hasil prosuksi para pengusaha besar pun akhirnya menumpuk di gudang.
 
"Bisa mencapai ribuan kodi sarung menumpuk di gudang-gudang pabrik sarung," katanya.
 
Para pengusaha sarung hanya berharap, pemasaran sarung kembali pulih. "Seperti kita ketahui, setiap memasuki Ramadan dan jelang menyambut Hari Raya Idulfitri, pemasaran sarung sangat diandalkan oleh para pengusaha. Setiap jelang Lebaran yang sudah berlangsung puluhan tahun, dan sebelum pandemi Covid-19, pemasaran sarung sangat menjanjikan karena banyak orang yang berburu sarung untuk souvenir atau hadiah Lebaran. Sekarang mah, orang bro-boro berburu sarung, yang pesan saja masih sepi," ungkapnya.
 
Dikatakannya, dalam kondisi ekonomi normal dan masih pulih, tiga bukan sebelum Ramadan, para pengusaha sudah mempersiapkan diri memperbanyak produksi sarung untuk memenuhi permintaan pasar disaat jelang Lebaran.
 
"Sekarang mah tidak ada persiapan, karena sepi pemesanan sarung atau barang," pungasnya **
 
 

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x