"Dasar SPG Bank Dunia atau IMF. Undang IMF lagi, ekonomi Indonesia akan semakin hancur seperti 1998," ungkapnya.
Baca Juga: Polisi Bubarkan Aksi Balapan Liar di Margaasih, Puluhan Pemuda Kocar Kacir
Lebih lanjut, Rizal Ramli pun mengaku bahwa dirinya sempat berkomunikasi dengan Kwik Kian Gie melalui Whatsapp untuk membahas persoalan tersebut.
Menurut ke dua tokoh perekonomian tersebut menilai bahwa Jokowi ternyata tidak berani untuk mereshuffle Sri Mulyani dari Menteri Keuangan.
Dirinya juga menceritakan soal pengalaman Kwik Kian Gie ketika masih menjadi menteri dan Sri Mulyani yang saat itu menjadi Dewan Ekonomi Nasional (DEN).
"Wa-an dengan Kwik. Dia bilang Jokowi gak berani dengan SMI walaupun prestasi payah, tax ratio terendah dan ngutang ugal-ugalan," katanya.
Baca Juga: Soroti Pernyataan Ustadz Yusuf Mansur Soal Orang Miskin Kurang Ibadah, Gus Sahal: Jelas Keliru!
"Ketika Kwik jadi Menko, SMI anggota DEN. Setiap habis rapat menteri dan DEN, sejam kemudian kepala perwakilan dari IMF dan Bank Dunia telpon KKG marah-marah. SMI jadi intel Bank Dunia, lapor-lapor," terangnya.
WA-an dgn Kwik. Dia bilang JKW ndak berani dgn SMI walaupun prestasi payah, tax ratio terendah, ngutang ugal2-an. Ketika Kwik jadi Menko, SMI anggota DEN: setiap habis rapat Mentri dan DEN, sejam kemudian kepala perwakilan IMF/Bank Dunia tlp KKG marah2, SMI jadi intelWB, lapor2— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) April 17, 2021
Sebelumnya, alasan Sri Mulyani meminta hal tersebut karena Indonesia membutuhkan pengawasan dan bimbingan dari Bank Dunia dan IMF terkait utang.
"Kami membutuhkan pengawasan dan bimbingan yang lebih besar dari Bank Dunia dan IMF untuk mengatasi masalah utang dan mengurangi tekanan yang meningkat," ujar Sri Mulyani.***