"Kalau dibilang gagal, ya katakanlah kita masih menghargai, masih ada waktu tiga setengah tahun lagi untuk membuktikan apakah pemerintahan ini (bisa) atau tidak dalam pemberantasan korupsi," tandasnya.
Jadi persoalan ini akan kembali ke dua kata tadi tidak bisa dan enggan, menurut Refly.
"Tapi persoalannya kembali pada kata unable dan unwilling, kalau dibilang unable, bisa iya bisa tidak," kata dia.
Refly mengatakan bisa dan tidak karena menurutnya, Jokowi bisa saja mengeluarkan kebijakan untuk memberantas korupsi secara tegas karena belum ada gurita bisnis yang dilakukan keluarga Jokowi.
"Kenapa saya katakan bisa iya bisa tidak? Begini, barangkali Presiden Jokowi memiliki kemampuan pada dirinya untuk memerintahkan pemberantasan korupsi tersebut, (alasannya) mungkin karena belum ada gurita keluarga yang terlibat sebagaimana pemerintahan orde baru, misalnya," imbuhnya.
Karena itu tidak susah untuk Jokowi mengeluarkan kebijakan ini. Namun saat ini terlihat bahwa anak Jokowi pun sudah terjun ke dunia bisnis dan politik.
"Karena itu tidak susah mengeluarkan perintah tersebut, mungkin ya, karena sudah mulai ada putra-putra Presiden Jokowi yang turun ke bisnis dan politik," ucapnya.
Refly pun menyebut nama Gibran dan Kaesang sebagai contoh anak Jokowi yang sudah terjun ke dunia bisnis serta politik.