Network
GALAMEDIA – Pemerhati politik, Saiful Huda Ems memandang Moeldoko sebagai sosok yang potensial dan patut diperhitungan untuk menjadi Presiden Indonesia di tahun 2024.
Menurutnya, Moeldoko memiliki jam terbang yang tinggi di dunia kemiliteran.
Pasalnya sebelum menjabat sebagai Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko pernah memangku jabatan sebagai Panglima Tentara Negara Indonesia (TNI).
Di samping itu, Moeldoko juga dikenal sebagai sosok yang aktif bersosialisasi dengan masyarakat sipil.
Baca Juga: Masuki Musim Kemarau, Jabar Waspadai Bencana Kekeringan, di Jabar Ada 36 Zona Musim
Hal tersebut kata Saiful dapat dibuktikan dengan jabatan ketua di banyak organisasi masyarakat yang saat ini diemban Moeldoko.
“Dulu Pak Moeldoko itu pernah menjabat jadi Panglima TNI. Sekarang juga Pak Moeldoko masih aktif menjalani tugasnya sebagai KSP dan Ketua di berbagai organisasi masyarakat,” ucap Saiful yang dilansir Galamedia dari berbagai sumber, Kamis 10 Juni 2021.
Tidak hanya dikenal sebagai sosok yang nasionalis, Moeldoko juga dikenal sebagai sosok yang agamis.
Saiful menilai Moeldoko itu sebagai sosok yang memiliki perasaan kepedulian yang sangat besar kepada Islam.
Baca Juga: Dewan PGM Jabar 2021-2026 Resmi Dikukuhkan, Hasbullah: Jangan Ada Ketimpangan Antara Guru Madrasah dan Sekolah
Hal tersebut kata Saiful dapat dibuktikan dengan menjadi pendiri salah satu masjid di Jombang, Jawa Timur.
Meski begitu, Moeldoko dapat dikatakan tidak pernah menjadikan hal tersebut sebagai alat penunjang kegiatan politiknya.
“Pak Moeldoko itu pendiri salah satu masjid di Jombang. Menariknya, Pak Moeldoko tidak pernah menggunakan hal itu untuk menunjang kegiatan politiknya,” papar Saiful.
Baca Juga: Tetap Ingatkan Prokes, Panglima TNI dan Kapolri Tinjau Vaksinasi Massal Covid-19 di Grand Ballroom Sudirman
Di samping itu, Moeldoko menurutnya juga dikenal sebagai sosok yang selalu melawan dan menumpas segala upaya yang berbau radikalisme.
“Pak Moeldoko adalah figur yang bagus karena selalu menjadi yang terdepan dalam melawan segala upaya radikalisme,” tandasnya.***
