GALAMEDIA – Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir menganggap pernyataan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi karakter Presiden Jokowi.
Pasalnya, BEM UI secara terang-terangan melontarkan kritikan pedas kepada Presiden Jokowi dengan menyematkan sebuah julukan ‘The King of Lip Service’.
Dari kritikan BEM UI tersebut, menurut Gus Nadir, masyarakat Indonesia akan dapat membedakan antara pemimpin otoriter dengan pemimpin demokratis.
Menurut Gus Nadir, apabila Presiden Jokowi tergolong ke dalam pemimpin otoriter, maka ia akan menganggap kritikan yang dilontarkan BEM UI sebagai sebuah hinaan.
"Pemimpin yang otoriter akan menganggap semua kritikan sebagai penghinaan," ujar Gus Nadir, seperti dikutip Galamedia dari akun Twitter, @na_dirs, Senin, 28 Juni 2021.
Begitupun sebaliknya, apabila Presiden Jokowi tergolong ke dalam pemimpin demokratis, maka ia akan menganggap kritikan sebagai suatu hal yang biasa terjadi.
Bahkan, Presiden Jokowi akan memahami pesan tersirat di balik kritikan BEM UI tersebut.
"Sebaliknya, pemimpin yg demokratis akan memahami kritikan," tutur Gus Nadir.