100 Tahun Partai Komunis China, 7 Kekuatan Dunia Bersatu Halau Cengkeraman Naga di Negara-negara Berkembang

- 1 Juli 2021, 12:49 WIB
Perayaan 100 tahun Partai Komunias China yang jadi momentum janji Presiden Xi Jinping untuk menyatukan Taiwan ke daratan China.
Perayaan 100 tahun Partai Komunias China yang jadi momentum janji Presiden Xi Jinping untuk menyatukan Taiwan ke daratan China. /REUTERS/Carlos Garcia Rawlins/REUTERS

GALAMEDIA - Hari ini, Kamis (1 Juli 2021) Presiden China Xi Jinping merayakan 100 tahun Partai Komunis di Lapangan Tiananmen.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, dengan anggota tak kurang dari 95 juta, Jinping dalam geladi bersih menekankan kemajuan yang telah dicapai China hanya bisa tercapai berkat kekuasaan Partai Komunis dengan dukungan puluhan juta loyalis.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 1 Juli 2021: Rahasia Masa Lalu Keluarga Buwana Terungkap! Bu Farah Panik

Tak menyinggung kabar konspirasi soal asal-usul virus corona yang disebut dipicu kebocoran di lab Wuhan, Jinping dengan bangga menyebut kebijakan Beijing dalam menangani Covid-19 sebagai keberhasilan Negeri Tirai Bambu.

Namun di tengah euforia perayaan satu abad Partai Komunis, sebelumnya di Cornwall, Inggris dalam rangkaian KTT G7, para pemimpin negara maju bertekad menggabungkan kekuatan untuk menghalau kekuatan global China terus tumbuh.

Salah satunya dengan menanamkan triliunan dana di ke negara-negara yang kini dikhawatirkan akan berada dalam pengaruh besar Beijing.

Baca Juga: Dikenal sebagai Pendukung Presiden Jokowi Kini Rajin Lontarkan Kritik, Gus Nadir Beberkan Alasannya

Diselenggarakan Inggris di Cornwall,  Presiden AS Joe Biden menyerukan agar G7 bersatu menjadi pesaing tangguh China, yang sejak 2013 mengikat negara-negara miskin dengan   Belt and Road Initiative (BRI).

BRI atau Inisiatif Sabuk - Jalan adalah strategi pembangunan global yang diadopsi Tiongkok dengan melibatkan pembangunan infrastruktur dan investasi di 152 negara dan organisasi internasional di Asia, Eropa, Afrika, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika.

Dalam prosesnya gelontoran dana Beijing untuk proyek-proyek besar membuat negara-negara miskin tadi berutang secara politik dan ekonomi pada Beijing.

Baca Juga: BREAKING NEWS, PPKM Darurat Digelar 3-20 Juli Mulai Besok Mal Tutup Pukul 17.00 WIB

G7 atau Group of Seven sendiri adalah organisasi tujuh negara terbesar dunia dengan  ekonomi maju yang terdiri atas Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Menanggapi Belt and Road Initiative yang kian menggurita, Biden menyodorkan kesepakatan baru berupa skema G7 yang setara dengan proyek bantuan China.

Langkah tandingan ini bakal dilakukan dalam skema yang terintegrasi dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

Baca Juga: Luhut Sebut Berkas PPKM Darurat yang Beredar Baru Usulan, Gus Nadir: Harus Profesional, Jangan Amatiran Bos!

Proposal dilancarkan Biden bersamaan dengan kritik  Washington atas China terkait pelanggaran hak asasi manusia dan kurangnya transparansi rezim Jinping soal asal-usul pandemi Covid-19, yang semakin dicurigai intelijen AS disebabkan oleh insiden di laboratorium Wuhan.

Inggris mendukung upaya melawan kekuatan ekonomi China namun sejauh ini relatif menepi dari pernyataan frontal pada Beijing setelah muncul peringatan di pemerintahan tentang kemungkinan dampaknya pada kesepakatan perdagangan di masa depan.

Di bawah skema baru Green Belt Initiative (Inisiatif Sabuk Hijau), G7 akan membentuk kemitraan dalam investasi hijau atau ramah lingkungan untuk negara-negara berkembang, yang disebut Inggris akan menjadi alternatif demokratis BRI China.

Baca Juga: Kembali Puji Presiden Jokowi, Addie MS: Belum Pernah Kusaksikan Presiden yang Dicela Bertahun-tahun

Sumber mengatakan rencana bertagar Build Back Better for the World ini akan membiayai berbagai proyek mulai dari jalur kereta api di Afrika hingga pembangkit bertenaga angin di Asia.

Selain itu inisiatif juga akan memberi negara-negara berkembang akses pada keuangan yang lebih baik dan lebih cepat, selain mempercepat pertumbuhan global. Semua dilakukan dalamkerangka beralih ke energi terbarukan dan teknologi berkelanjutan.

Seorang sumber mengatakan, “Itu berarti skema ini menjadi alternatif dari  pembayaran totaliter ala China.”

Baca Juga: Sering Merasakan Gejala Ini, Bisa Jadi di Bulu Mata Kita Ada Kutu

Biden juga mendesak negara-negara G7 untuk bersatu dalam satu suara termasuk mengkritik pelanggaran hak asasi manusia China, seperti kerja paksa muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya. Semua tertuang dalam komunike bersama .

Meski demikian penolakan datang dari UE, yang tahun lalu menandatangani kesepakatan dengan Beijing yang memberi Eropa dan China akses yang lebih besar ke pasar masing-masing. Kesepakatan tersebut saat ini ditunda.

Biden percaya perang Barat untuk menghalau mendominasi China akan menjadi perjuangan geopolitik yang menentukan abad ke-21.

Baca Juga: Bikin Istana Pusing, Ketua BEM UI, Leon Disebut Sebagai Intelejen Penguasa Agung Sejagat

Sementara juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, “Kami memiliki hubungan pragmatis dengan China.”

Lebih jauh proyek terbaru G7 dilakukan untuk memastikan dunia yang lebih jauh baik dan lebih hijau.

“Ini dirancang untuk memastikan negara-negara berkembang memiliki pilihan dalam mencari dukungan dari negara-negara yang berpikiran adil dan sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi."***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x