Network
GALAMEDIA - Kiki Gumelar adalah seorang warga Garut. Ia merantau ke Yogyakarta untuk bekerja di perusahaan distributor bahan baku cokelat. Suatu hari, ibunya mengirimkan dodol, oleh-oleh khas kampung halaman Kiki.
Dari kiriman ibunya itu, ia mendapatkan ide membuat cokelat isi dodol. "Saya memutuskan kembali ke Garut dan memulai usaha Chocodot pada 2009. Agar unik dan dapat diterima berbagai kalangan, kami membuat tulisan-tulisan unik di kemasan seperti Cokelat Enteng Jodoh, Cokelat Anti Galau, Cokelat Makin Cinta dan sebagainya," ujar Kiki, sang pemilik Chocodot Indonesia.
"Tidak hanya isi dodol, kami berinovasi menambahkan varian isi pada cokelat, seperti krim buah, biji kopi, kurma, rempah, teh dan jamu. Inovasi ini dicapai lewat kolaborasi dengan sejumlah petani cokelat dan pengolah kakao lokal," tambahnya.
Baca Juga: Penutupan Ruas Jalan di Cimahi Selama PPKM Darurat, Ini Titik dan Jadwal Lengkapnya
Untuk mempertahankan bisnis di tengah pandemi, Chocodot memanfaatkan platform digital seperti Tokopedia. "Lewat Tokopedia, produk kami kini dapat dinikmati oleh pelanggan lebih luas bahkan hingga Bulukumba," ujar Kiki.
Selain Chocodot Indonesia, UMKM lokal lain menjual produk olahan cokelat dan turut mengalami peningkatan penjualan bersama Tokopedia adalah Fudgybro.
Perintisnya, Rayendra Abiyasa Pramuraharjo selalu berkeinginan memiliki bisnis kuliner sejak kuliah. Dengan modal belajar autodidak dari internet, ia akhirnya membuat sendiri brownies dengan merek Fudgybro dan mulai memasarkannya pada November 2018 lewat Tokopedia.
Baca Juga: 11 Ribu Warga di 21 Kelurahan di Garut Dapat Bantuan Beras
"Pada Maret 2020 awal pandemi, transaksi Fudgybro mengalami kenaikan hingga 4x lipat dibandingkan masa sebelum pandemi. Bahkan selama Ramadan 2021, Fudgybro bisa menerima pesanan hingga ratusan loyang setiap harinya, meningkat tiga lipat dari bulan sebelumnya," jelas Rayendra.
