GALAMEDIA – Direktur Eksekutif Nusantara Center Indonesia, Prof. M. Yudhie Haryono, Ph.D mengatakan, di usia ke-76, Indonesia belum menikmati kemerdekaan sepenuhnya.
Bahkan Tanah Air cenderung masih mengalami penjajahan yang sangat halus.
Tanpa disadari, harta kekayaan alam ibu Pertiwi yang seharusnya dijaga maupun menjadi modal untuk memakmurkan rakyat, ternyata dikuras habis oleh mereka pihak asing yang tampil bak serigala berbulu domba, melalui penerapan sistem ekonomi Neoliberalisme di negeri ini.
“Itulah fakta yang dialami negeri ini, yang harus disadari oleh pemerintah, pejabat negara maupun daerah, akademisi, teknokrat, masyarakat terutama generasi milenial,” tuturnya.
Baca Juga: Song Hye Kyo Terlibat Jalinan Asmara dengan Jang Ki Yong, Begini Bocoran Now We Are Breaking Up
Yudhie mengatakan soal ini bermaksud untuk mengingatkan kembali soal Neoliberalisme tersebut.
Yaitu, suatu paham/ideologi ekonomi-politik yang mengacu pada filosofi ekonomi-politik liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik sebab akan mengarah pada penciptaan distorsi dan high cost economy yang akan berujung pada tindakan KKN.
Tentu saja, lanjutnya, paham ini bisa merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi antar negara.