Menurutnya, penggunaan kosakata ‘putar otak’ telah menunjukkan kalau Fadjroel Rachman itu bukan sosok yang diplomatis. “Hal itu menunjukkan kalau Fadjroel Rachman itu gak bisa menunjukkan kosakata yang sifatnya diplomasi,” tuturnya.
Selain itu, penggunaan kosakata ‘putar otak’ juga dapat memberikan kesan ketakutan Presiden Jokowi kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang membela Novel Baswedan. “Putar otak itu artinya mengakali. Berarti pak Jokowi takut sama BEM yang membela Novel Baswedan,” imbuhnya.
Terlepas dari itu semua, menurutnya, Presiden Jokowi ingin menjadikan momen tersebut sebagai ajang permainan politik. “Pak Jokowi ini hanya ingin bermain politik, tapi selalu gagal dalam permainan politiknya,” pungkasnya. ***