Selain itu, lanjut Khoirul, Gus Baha bisa menempati posisi keempat dipengaruhi exposure media sosial (medsos).
Dia menilai popularitas Gus Baha di medsos mampu menarik simpati sebagian warga Nahdliyyin.
“Media exposure Gus Baha di berbagai chanel media sosial belakangan ini juga menambah literasi keilmuan sekaligus popularitas nama Gus Baha di kalangan warga Nahdliyyin secara general, khususnya Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur,” jelasnya.
Lebih jauh, Khoirul berpendapat, sebagian warga Nahdliyyin menghendaki suksesi ketua umum PBNU.
Penyebabnya adalah gaya kepemimpinan Said Aqil yang cenderung lekat dengan politik praktis.
Sehingga peran PBNU sebagai Islamic-based civil society kurang optimal.
“Akibatnya, peran PBNU sebagai Islamic-based civil society menjadi kurang optimal. Misalnya, terkait wacana kebijakan publik amandemen UU KPK hingga penyelamatan 57 pegawai senior KPK, sikap dan keberpihakan PBNU kurang jelas,” tuturnya.
Sebelumnya, Said Aqil menyatakan kesiapannya untuk kembali maju pada pemilihan Ketua Umum PBNU pada Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 23-25 Desember 2021.
Dengan ini, dia berpotensi menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) seumur hidup. ***