Stafsus Erick Thohir Sebut Pembengkakan Anggaran Kereta Cepat Wajar Terjadi, Said Didu: Wajarnya di Mana?

- 10 Oktober 2021, 11:43 WIB
Muhammad Said Didu.
Muhammad Said Didu. /Facebook/Muhammad Said Didu/

GALAMEDIA - Biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak Rp 26,6 triliun. Awalnya proyek ini diperhitungkan menelan biaya 6,07 miliar dolar AS.

Namun saat ini biaya proyek kerja sama pemerintah Indonesia dan China ini naik menjadi 7,97 miliar dolar AS.

Kendati demikian, staf khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan hal tersebut adalah wajar.

Baca Juga: Eksklusif 35+ Kode Redeem FF Free Fire Hari Ini 10 Oktober 2021: Hadiah Special Klaim Cuman di Sini

Dalam keterangan resminya, Arya mengatakan  perubahan dan kenaikan anggaran dalam sebuah proyek infrastuktur kerap terjadi dan hal itu termasuk wajar.

"Pasti ada perubahan desain sehingga hal ini membuat pembengkakak biaya. Selain itu harga tanah juga seiring waktu mengalami perubahan, dan ini wajar terjadi," kata Arya kepada wartawan.

Pernyataan Arya kemudian disorot oleh mantan sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu.

Baca Juga: Rachel Vennya Kabur dari Karatina Wisma Atlet, Rayakan Ulang Tahun Meriah Bersama Para Selebgram

Melalui cuitannya, Said Didu mengatakan pembengkakan anggaran itu tidak wajar jika melihat dari perkiraan anggaran awal.

"Wajar? Eskalasi biaya lebih 10% dari rencana awal adalah pekerjaan orang yg tdk bisa merencanakan," cuitnya yang dikutip Galamedia dari Twitter @msaid_didu, Minggu 10 Oktober 2021.

Lebih lanjut, Said Didu juga mengatakan sebelumnya Indonesia menolak rencana pembangunan Jepang yang diperkirakan menghabiskan 6 miliar dolar AS.

Baca Juga: Bela Rakyat Jenderal Dipidanakan, Perangi Warga Sipil Malah Dapat Promosi, Refly Harun: Ini Fakta Telanjang

Sedangkan saat itu China menawarkan biaya pengerjaan hanya sekitar 5 miliar dolar AS sehingga Indonesia menerima tawaran itu karena beranggapan lebih murah.

"Study Jepang perkirakan biaya sktr  $ 6 milyar ditolak krn tawaran China saat itu sktr $ 5 milyar. Skrg melonjak menjadi $ 8,6 milyar," ujarnya.

Menutup cuitannya, Said Didu mempertanyakan kewajaran pembengkakan anggaran tersebut.

"Wajarnya di mana?" tandasnya.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x