Indonesia Terancam Kena Jebakan China, Pengamat: Rakyat Akan Tanggung Beban Utang

- 8 Desember 2021, 05:31 WIB
Foto udara pembangunan jembatan pada proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu 27 November 2021.
Foto udara pembangunan jembatan pada proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu 27 November 2021. /RAISAN AL FARISI/ANTARA FOTO



GALAMEDIA – Indonesia kini terancam terkena jebakan China melalui proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Jebakan China itu disampaikan secara detail oleh pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira melalui kanal YouTube tvOneNews.

Jebakan China yang dimaksud Bhima Yudhistira itu berupa jebakan utang atau debt trap.

“Kereta Cepat Jakarta-Bandung terindikasi masuk ke dalam jebakan utang atau debt trap,” ujar Bhima Yudhistira, seperti dikutip Galamedia, Rabu, 8 Desember 2021.

Menurut Bhima, jebakan China itu bisa dilihat dari perubahan sistem pendanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Baca Juga: Pembangunan 3 Bandara Sepi di Era Jokowi Telan Biaya Rp14 Triliun, Buni Yani: Jenius

Mulanya, kata Bhima, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu menggunakan skema pendanaan business to business.

Namun karena adanya indikasi debt trap, kini sistem pendanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung langsung berubah menjadi skema pendanaan APBN.

“Salah satu indikasinya adalah ini awalnya (proyek dengan skema) business to business kemudian menjadi pendanaan APBN dengan pembengkakan biaya yang sangat luar biasa,” ungkap Bhima.

Bhima menuturkan, jebakan China itu akan semakin nyata terlihat oleh rakyat Indonesia, apabila proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mengalami kenaikan biaya yang signifikan.

Baca Juga: BIN Tebar 24.500 Dosis Vaksin, Kejar Target Vaksinasi Nasional dan Tekan Laju Kematian

“Ketika proyek mengalami masalah, atau proyek mengalami kenaikan biaya yang luar biasa, maka ini akan menjadi jebakan utang,” jelas Bhima.

Dari hal itulah, masyarakat akan melihat kemampuan bayar Indonesia yang sebenarnya.

Apabila Indonesia tidak mampu membayar, maka pemerintah Indonesia tidak mempunyai pilihan selain berutang ke China.

“Hal ini disebabkan karena Indonesia kemampuan bayarnya melemah dan mau tidak mau harus meminta pinjaman lagi. Di sinilah debt trap bekerja,” tuturnya.

Dari penjelasan di atas, Bhima semakin yakin bahwa keberadaan jebakan China ini akan sangat merugikan Indonesia khususnya di sektor ekonomi.

Baca Juga: Kapolda Jabar Ajak Masyarakat Divaksin dan Tak Kendor Prokes

“Debt trap sangat merugikan perekonomian Indonesia,” kata Bhima.

Dengan kata lain, rakyat Indonesia akan beralih peran menjadi penanggung beban utang pemerintah atas proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dalam kurun waktu beberapa puluh tahun ke depan.

“Dengan adanya debt trap, warga negara Indonesia yang akan menanggung beban utang dan pengalihan aset dalam beberapa puluh tahun ke depan,” katanya.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x