Ciptakan Masker Baru, Peneliti Harvard: Bisa Deteksi Virus Covid-19 di Nafas Pemakai dalam 90 Menit

- 16 Maret 2022, 13:55 WIB
GalamediaNews
GalamediaNews /

GALAMEDIA - Para ilmuwan mengembangkan masker wajah yang dapat mendeteksi Covid-19 hanya dengan menguji napas seseorang.

Para peneliti dari Universitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts (MIT) sebelumnya mengembangkan teknologi serupa selama bertahun-tahun untuk mendeteksi virus seperti Ebola dan Zika.

Masker canggih ini akan dipasangi alat semacam chip yang ketika diaktifkan, dapat mendeteksi partikel virus corona di bagian dalamnya hanya dalam 90 menit.

Baca Juga: Toko Modern di Bandung Diperbolehkan Jual Minyak Goreng Premium

Dikutip dari DailyMail belum lama ini, peneliti juga percaya  teknologi chip ini dapat digunakan dengan ditempel pada jas lab dan pakaian lain yang dipakai dokter untuk mendeteksi ketika mereka berpotensi terpapar virus.

“Kami pada dasarnya menyederhanakan  proses laboratorium diagnostik menjadi sensor kecil berbasis bio-sintetis yang bekerja lewat masker wajah.

Ini menggabungkan akurasi tinggi tes PCR dengan kecepatan dan biaya rendah tes antigen,” kata Dr Peter Nguyen, ilmuwan penelitian di Harvard.

Baca Juga: Xenia Tabrak Truk, Seorang Tewas di Tol Cipali

“Selain masker wajah, biosensor kami yang dapat diprogram dapat diintegrasikan ke dalam pakaian lain untuk memberikan deteksi saat bepergian zat berbahaya termasuk virus, bakteri, racun, dan bahan kimia.'

Masker menggunakan apa yang dikenal sebagai teknologi bebas sel beku-kering.

Air tertanam  dalam topeng dan dapat dikeluarkan dengan menekan tombol.
Setelah air dan teknologi beku-kering ini berinteraksi, tercipta  serangkaian reaksi kimia yang mengungkapkan apakah partikel Covid-19 terdeteksi pada masker.

Baca Juga: Ciptakan Masker Baru, Jepang: Bercahaya Saat Ada Virus Covid-19 di Nafas Pemakai

Masker juga merupakan tes pertama yang dapat menghasilkan hasil Covid-19 seakurat tes standar, tetapi pada suhu kamar.

Para peneliti telah menguji bagaimana menanam teknologi ini pada pakaian.

Mereka berharap dokter bisa memakai teknologi ini pada jas lab dan pakaian lainnya, kemudian diuji untuk melihat apakah mereka terkena virus.

Ini berpotensi mengungkapkan kapan seorang pasien memiliki kondisi berisiko sebelum dokter mempertimbangkan untuk mengujinya.

Baca Juga: Langka Menjelang Bulan Ramadhan, Wakil Ketua DPR Usul Pembentukan Pansus Minyak Goreng

Dr Luis Soenksen dari Klinik Abdul Latif Jameel MIT  bekerja untuk mengintegrasikan teknologi ini dalam bahan tekstil.

“Salah satu yang terbaik untuk digunakan adalah kombinasi poliester dan serat sintetis lainnya,” ujarnya.

Potensi teknologi ini tidak terbatas, karena para peneliti percaya ada  banyak cara kreatif yang dapat mereka gunakan untuk memberi manfaat bagi dokter dan pekerja lab.

Baca Juga: 20 Pebalap MotoGP Tiba di Istana Negara, Presiden Jokowi Pamer Motor Custom pada Marc Marquez

Sensor dapat dirancang untuk menghasilkan perubahan warna pada area tertentu di mana partikel virus terdeteksi, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi virus di laboratorium.

Tim juga mengembangkan perangkat yang memungkinkan hasil tes langsung dikirim pada smartphone sehingga mempercepat proses pengujian.

"Ini memberi Anda informasi yang dapat memantau paparan lingkungan Anda dan mengingatkan Anda dan orang lain tentang paparan dan di mana itu terjadi," kata Nguyen.

Baca Juga: Polisi Gerebek Gudang Pengemasan Minyak Goreng, 2.300 Liter Minyak Disita

Selama setahun terakhir, banyak peneliti di dunia menghabiskan waktu untuk mengembangkan pengujian Covid dan penyakit pernapasan lainnya yang lebih sederhana dan efisien.

Pengujian di rumah, misalnya, telah menjadi hal yang biasa dengan alat tes Covid  secara online dengan  hasil dalam hitungan hari.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x