Kenaikan Biaya Konstruksi Tak Akan Mematikan Pasar Apartemen 'Off The Plan'

- 23 Mei 2022, 17:13 WIB
Ilustrasi.  Kenaikan Biaya Konstruksi Tak Akan Mematikan Pasar Apartemen 'Off The Plan'./dok.IST
Ilustrasi. Kenaikan Biaya Konstruksi Tak Akan Mematikan Pasar Apartemen 'Off The Plan'./dok.IST /



GALAMEDIA - Kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Australia pada awal bulan Mei 2022 mendapat beragam tanggapan.

Kenaikan suku bunga itu dinilai akan berpengaruh terhadap berbagai sektor, termasuk harga jual apartemen di Australia.

"Konsumen harus bersiap menghadapi kenaikan harga apartemen secara progresif selama beberapa tahun ke depan sementara keterbatasan pasokan bahan baku dan kekurangan tenaga kerja tetap terjadi," ujar Komisaris dan CEO Crown Group, Iwan Sunito, dalam keterangannya, Senin, 23 Mei 2022.

Iwan melihat peningkatan persentase dua digit dalam biaya pembangunan apartemen baru setiap tahun di masa mendatang.

"Investor kembali ke pasar karena harga sewa meningkat yang memungkinkan mereka mengimbangi kenaikan suku bunga melalui kenaikan harga sewa," katanya.

Baca Juga: Korupsi di Perum DAMRI, Kejari Bandung Tetapkan 2 Pegawai Jadi Tersangka

Kondisi itu menyebabkan ketersediaan unit apartemen 'off the plan' dan apartemen yang sudah selesai dibangun  semakin berkurang dari hari ke hari.

Hal itu menjadi tanda bahwa owners-occupiers dan investor sangat aktif di pasar saat ini.

"Sangat masuk akal bagi konsumen apabila mereka terlihat bergegas membeli properti sekarang untuk menghindari kenaikan harga dua digit karena meningkatnya biaya konstruksi dan material ditambah keterbatasan tenaga kerja," tuturnya.

Pengaruh besar itu, kata Iwan, akan sangat dirasakan oleh investor properti luar negeri, seperti dari Tiongkok dan Indonesia yang ingin mendapatkan stok unit apartemen yang sudah selesai sebagai investasi properti melalui penawaran harga yang 'terjangkau'.

"Itulah sebabnya saya percaya bahwa saat ini adalah waktu terbaik untuk melakukan pembelian properti pascapandemi, karena pasar properti Sydney tidak pernah berhenti bergerak maju," ungkap dia.

"Masyarakat Indonesia adalah komunitas investor terbesar kedua bagi Crown Group yang telah merasakan betapa menguntungkannya berinvestasi properti Australia, terutama di Sydney," tambahnya.

Ditambahkan Iwan, investor yang sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi unit apartemen harus bertindak sekarang dengan membeli dari pengembang tepercaya dengan rekam jejak yang jelas dalam menghasilkan apartemen berkualitas secara tepat waktu dan sesuai anggaran.

"Dengan bertindak sekarang, mereka mengunci harga hari ini yang memungkinkan waktu bagi mereka untuk terus menabung untuk pembelian berikutnya di masa mendatang," kata Iwan.

Baca Juga: Perkuat Pasokan Listrik ke Kawasan Industri Karawang, PLN Investasikan Rp 452 Miliar

Sedikit berbeda dengan tipe pembeli home occupiers. Meskipun harga akan meningkat, kebutuhan akan hunian akan tetap ada Australia masih mengalami housing shortage, sementara pertumbuhan penduduk Australia semakin bertambah.

Saat ini jumlah penduduk Australia adalah 26.063.139 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1 persen setiap tahunnya.

Menurut data dari Treasury.gov.au dengan tren saat ini jumlah penduduk Australia diprediksi akan mencapai 35,9 juta jiwa pada tahun 2050.

Dampak penutupan perbatasan internasional terkait pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan jumlah migrasi selama enam kuartal secara berturut-turut.

Pertumbuhan penduduk selama 12 bulan terakhir sepenuhnya disebabkan oleh peningkatan alami (penambahan 136.200 jiwa), sementara migrasi dari luar negeri negatif (berkurang 67.300 jiwa) selama periode tersebut.

Berdasarkan Biro Statistik Australia, pada akhir Juni 2019, 88.740 orang kelahiran Indonesia tinggal di Australia, 29,4 persen lebih banyak dari jumlah (68.570) pada 30 Juni 2009.

Baca Juga: Sudah Memiliki Anak, 7 Aktor Tampan Korea Ini Pantas Mendapat Julukan 'Hot Daddy'

Ini adalah salah satu komunitas migran terbesar di Australia, setara dengan 1,2 persen komunitas migran Australia dan 0,3 persen dari total populasi Australia.

Pembeli potensial telah memperkirakan kenaikan tarif untuk beberapa waktu dan telah mengantisipasinya dengan memiliki tabungan tambahan, dikarenakan pandemi dan pengetatan ikat pinggang.

Diperkirakan bahwa rumah tangga Australia berhasil menghemat sekitar Rp 1.400 triliun selama pandemi Covid-19.

"Pasokan hunian yang terbatas dan peningkatan jumlah pembeli berarti banyak konsumen yang tidak sanggup memiliki rumah tapak dan  unit apartemen adalah pilihan yang lebih terjangkau," tutur Iwan.

Ia meyakini skenario ini hanya akan semakin parah dalam dua tahun ke depan dimana akan lebih banyak unit apartemen yang akan terjual dibandingkan rumah tapak.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x