GALAMEDIA - Presiden Prancis Emmanuel Macron dikatakan didera kelelahan fisik dan psikologis hingga tertekan setelah kehilangan dukungan mayoritas parlemen pada 20 Juni lalu.
Presiden Prancis tersebut disebut terdengar mengatakan 'kita semua lelah' setelah kampanye pemilihan umum yang panjang dan sengit.
Demikian laporan Le Monde yang menyebut teman-teman Macron menggambarkannya dalam kondisi 'bingung', 'terisolasi' dan 'tidak terkoneksi'.
Baca Juga: Rusia Hentikan Ekspor Gas, Eropa Terancam Resesi Parah
Dikutip dari DailyMail, Selasa 5 Juli 2022, Macron (44) terpilih kembali sebagai presiden pada bulan April tetapi menghadapi prospek memimpin Prancis yang semakin terpecah.
Setelah memenangkan kampanye, koalisi sentrisnya tak memiliki dukungan ideal saat suara beralih ke National Rally yang menaungi tokoh sayap kanan Marine Le Pen dan aliansi sayap kiri Nupes.
Ini membuat Macron kehilangan suara mayoritas yang telah dia nikmati selama lima tahun terakhir.
Baca Juga: Cek Harga Samsung Galaxy A13 Bulan Juli 2022 dan Spesifikasi Resmi
“Jupiter is on one knee” ujar surat kabar Prancis berhaluan kiri L'Obs, merujuk pada nama samaran favorit Macron.
Sementara surat kabar Prancis Le Point mengatakan Macron telah kehilangan 'energi, keberanian, dan kejernihannya'. Macron disebut terkena baby-blues pasca-pemilihan pemilu.
“Saya mendapat kesan dia tidak tahu langkah berikutnya,” ujar rival politik Marine Le Pen setelah berbicara dengan Presiden Prancis terkait kebuntuan parlemen, yang dikutip The Times.
Baca Juga: Harga Xiaomi Mi 11 Lite Murah dan Spesifikasi 2022
"Dia kesulitan untuk menentukan akan seperti apa perjalanan baru ini," kata seorang menteri kepada Le Monde. Ia menambahkan keragu-raguan Macron sudah bukan rahasia.
Tiga menteri pemerintah kehilangan kursi mereka dalam pemilu lalu dan harus diganti dalam perombakan yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
Brigitte Bourguignon, Menteri Sosial dan Kesehatan Prancis yang menempati posisi kunci di tengah kembalinya sebaran Covid-19 termasuk dalam daftar yang harus diganti.
Baca Juga: Harga dan Spesifikasi Samsung Galaxy M22
Macron juga akan membutuhkan menteri baru untuk lingkup luar negeri, setelah Yaël Braun-Pivet (51) terpilih sebagai ketua majelis nasional.
Macron sendiri menghindari penunjukan tokoh-tokoh besar dari partai oposisi, sebuah pendekatan dilakukan sebelumnya.
Usai perombakan Macron akan bergantung pada partai-partai lain untuk menghasilkan RUU yang diadopsi di parlemen. Tetapi perombakan sepertinya tidak dilakukan untuk membangun pemerintahan dengan anggota di luar partai tengah.
Baca Juga: Harga Terbaru Poco M4 Pro dan Spesifikasi Paling Lengkap
Penunjukan baru lainnya meliputi Laurence Boone, wakil sekretaris jenderal dan kepala ekonom OECD, menggantikan Clement Beaune sebagai menteri urusan Eropa. Sementara Beaune menjadi menteri transportasi baru. Demikian BFM melaporkan.
Damien Abad, menteri solidaritas dan penyandang cacat akan kehilangan pekerjaannya setelah France 3 dan BFM melaporkan dirinya tengah dalam proses penyelidikan atas dugaan percobaan pemerkosaan.
Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne diperkirakan akan mengumumkan komposisi pemerintahan baru pada Senin mendatang.***