Dari Aksi Penyelundupan Hingga Perdagangan Narkoba, Kim Jong-un Bisa Hidup Bergelimangan Harta

- 29 Juni 2020, 20:23 WIB
Kim Jong-un
Kim Jong-un /voanews.com



GALAMEDIA - Keberadaan Office 39 dikabarkan menyebabkan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un bisa hidup mewah bergelimang harta. Jaringan penyelundupan global itu diduga dirancang untuk menghasilkan uang demi memperkaya Kim Jong-un beserta keluarga.

Dikutip dari New York Post, tanpa Office 39, anggota elite Pyongyang akan tercekik oleh sanksi PBB dan Amerika Serikat (AS). Akibatnya, mereka tak bisa melakukan perdagangan dengan dunia, termasuk ambisi nuklir Kim Jong-un.

"Menurut Anda, dari mana Kim mendapatkan cognac (jenis brendi), Mercedes, dan arloji Rolex? Semua uang untuk membeli barang-barang itu berasal dari Office 39," kata pensiunan kolonel Pasukan Khusus Angkatan Darat AS sekaligus pakar Korea Utara, David Maxwell.

Baca Juga: Risma Sujud Seraya Menangis, Begini Penjelasan Dari Sang Dokter

Ia menyebutkan, pembuatan dan perdagangan obat-obatan terlarang, pemalsuan, penyelundupan emas, perdagangan senjata, dan buruh budak disebut hanyalah segelintir dari kegiatan ilegal yang disponsori Office 39.

Office 39 ini didirikan oleh ayah Kim Jong-un, yakni Kim Jong-il pada 1974. "(Office 39) seperti bank bagi Kim Jong-un," kata pembelot Korea Utara, Jason Lee (35 tahun).

Lee dan ayahnya bekerja sebagai eksekutif di Office 39 untuk menjalankan perusahaan pelayaran, sebelum akhirnya melarikan diri dari Pyongyang Korea Utara ke Seoul Kora Selatan dan kemudian ke AS.

"Tapi dia menjadi sedikit lebih berhati-hati dalam beberapa tahun terakhir tentang aktivitas ilegal. (Aktivitas) itu mendapat terlalu banyak perhatian dan terlihat buruk bagi Partai," kata Lee.

Baca Juga: Terbukti, Eks Menpora RI Imam Nahrawi Divonis Tujuh Tahun Penjara

Menurut spesialis Asia di Park Strategies, Sean King, hingga awal 2000-an, diplomat Korea Utara yang bekerja atas nama Office 39 adalah orang-orang yang tak tahu malu untuk rezim.

"The Kim's (keluarga Kim) seperti keluarga kriminal terorganisir yang menyamar sebagai pemimpin suatu negara. Para diplomat dikirim ke luar negeri dengan kuota mata uang keras yang harus mereka kirim kembali, dengan cara apapun yang diperlukan. Kedutaan Korea Utara diorganisasikan seperti perusahaan kriminal multinasional," kata Sean.

Sean pun menyebutkan, banyak orang-orang yang disebut diplomat melintasi negara-negara di dunia. Mereka membawa minuman keras, rokok, dan obat-obatan yang diproduksi di Korea Utara atau barang selundupan lainnya ke kedutaan besar di seluruh dunia.

Baca Juga: Dihajar Nikita Mirzani Hingga Trending Topic, Baim Wong Buka Suara

Staf Office 39 juga menghasilkan uang untuk Kim dengan bertindak sebagai kurir narkoba lepas untuk negara lain. Korea Utara masih memiliki sekitar 40 kedutaan, tapi pendapatan yang lebih besar dihasilkan dengan mengekspor tenaga kerja berupa budak.

Di wilayah Siberia, China, dan Rusia misalnya, pria Korea Utara melakukan pekerjaan seperti menebang kayu dan dipaksa untuk memberikan hampir semua upah mereka kepada pemerintah.

Penyelundupan narkoba memuncak pada awal 2000-an. Pada 2003, polisi Australia menemukan heroin senilai US$160 juta diturunkan ke pantai dari Pong Su, sebuah kapal kargo Korea Utara.

"Korea Utara mungkin masih terlibat dalam perdagangan narkotika, tapi tidak dengan sanksi resmi rezim hari ini," ujar seorang sarjana Korea Utara dari lembaga analis 38 North kepada The Post.

Baca Juga: Unggah Tarian di TikTok, Penari Perut Ini Dihukum Tiga Tahun Penjara dan Denda Ratusan Juta

Pada 2017 lalu, mantan pejabat Office 39, Ri Jong-Ho yang membelot pada 2014 membeberkan sekilas tentang cara kerja Office 39.

Kepada kantor berita Jepang, dia mengatakan operasi Office 39 memiliki lima kelompok pusat yang diawaki oleh ribuan karyawan tingkat rendah, di mana sedikit dari mereka melakukan bisnis yang sah tapi banyak juga yang tidak.

Kepada Washington Post, Ri mengatakan bahwa ia bisa mendapatkan jutaan dolar AS ke Pyongyang hanya dengan menyerahkan sekantong uang kepada seorang kapten kapal yang meninggalkan kota pesisir China menuju pelabuhan Nampo, Korea Utara.

Ri memperkirakan, dia mengirim 10 juta dolar AS (sekitar Rp 143.589.500.000) dengan cara itu hanya dalam sembilan bulan pertama di 2014.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x