Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Melalui Leuit dan Beas Perelek

- 7 Juli 2020, 08:15 WIB
PENDIRI dan Pembina Kampus Desa Lembaga Swadaya Masyarakat Kampus Desa BVA Management, Budi Yuniarsa, (kanan) bersama salah satu Kepala Desa di Kabupaten Bandung, belum lama ini.
PENDIRI dan Pembina Kampus Desa Lembaga Swadaya Masyarakat Kampus Desa BVA Management, Budi Yuniarsa, (kanan) bersama salah satu Kepala Desa di Kabupaten Bandung, belum lama ini. /Krisbianto/

GALAMEDIA - Kepedulian sosial dapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan sebagai bukti nyata bahwa masyarakat desa juga ingin berbagi antar sesama sangat tinggi. Masyarakat Indonesia ini, terbukti sebagai masyarakat gotong royong, yang memiliki impian untuk mensejahterakan diri dan keluarga serta mencerdaskan lingkungannya.

Konsep Leuit Desa dan Beas perelek yang selama ini telah berlangsung, mendapat sambutan hangat dari masyarakat desa. Terbukti lebih banyak yang memberi daripada yang menerima bantuan. Masyarakat desa bukan tidak mau menerima bantuan, tetapi bantuan yang membuat mereka terbantu dengan baik dan tepat, bukan juga bantuan yang memberikan permasalahan baru dan menimbulkan konflik.

Hal ini dikatakan Pendiri dan Pembina Kampus Desa Lembaga Swadaya Masyarakat Kampus Desa BVA Management, Budi Yuniarsa, melalui press releasenya ke galamedia, Selasa 7 Juli 2020. Menurutnya, bantuan adalah stimulus untuk mempercepat mereka agar dapat menyelesaikan masalah, maju dan berkembang.

“Masyarakat desa ini, mempunyai konsep yang merupakan ilmu leluhur mereka dan turun menurun, tentunya sekarang sudah terdegradasi oleh seolah pemikiran modern. Konsep gotong royong salah satunya yang menjadi budaya di Indonesia ini masih apik dan lestari khususnya di masyarakat desa,” katanya.

Pihaknya mengimbau, kata dia, bagi para pemerhati, pengkaji, peneliti, penggerak desa, pembuat kebijakan dan seluruh komponen masyarakat yang peduli dengan desa. Buatkanlah sebuah konsep bagi masyarakat, untuk membangun dirinya sendiri, membuat mereka berdaya guna.

“Kita semua tahu, bahwa saat ini yang masyarakat desa butuhkan yakni bimbingan untuk mereka sesuai dengan kearifan lokal, tetapi juga harus mengikuti perkembangan jaman ‘Ngigeulan jaman’. Mereka memerlukan informasi dan pelatihan yang dibutuhkan, bukan apa yang orang luar atau pembuat kebijakan inginkan,” papar Budi.

Budi juga menambahkan, komunikasi dengan mendengarkan kebutuhan masyarakat desa adalah cara terbaik untuk mengetahui kebutuhan mereka, bukan dengan segala asumsi yang ada di angan-angan. Mereka membutuhkan uluran tangan sebagai pendampingan agar bisa lebih mandiri, dan menyelesaikan segala permasalahan desa dengan caranya sendiri yang merupakan adat istiadat turun temurun hingga kini.

“Dengan uluran tangan yang penuh kasih sayang, semoga masyarakat desa semakin maju dan mandiri. Dengan hastag #salamajeg, #kampusdesa, #bangundesapreuneurship, #leuitdesa, dan #beasperelek bisa membuat mereka tergerak dan membangun desa dengan kemandiriannya,” pungkasnya. (Krisbianto). **

 

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x