Selama Pandemi, Pikobar Terima 123.000 Pertanyaan Warga

- 9 Juli 2020, 16:57 WIB
/



GALAMEDIA - Sejak 18 Maret 2020 hingga sekarang, Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 (Pikobar) Jabar menerima 123.000 pertanyaan dari masyarakat. Hal yang ditanyakan didominasi soal tes masif dan bantuan sosial. Sekitar 97 persen pertanyaan tersebut sudah dijawab.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil saat menjadi pembicara dalam webinar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Jabar Seri ke-5 di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis, 9 Juli 2020.

“Dengan begitu, komunikasi, sosialisasi, dan edukasi, amat penting dalam penanganan Covid-19 di Jabar. Maka itu, gugus tugas provinsi menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan beragam konten. Kami memproduksi ribuan konten. Grafis, video, dan lain-lain untuk menjadi bagian dari edukasi (kepada masyarakat),” kata Emil, sapaan Ridwan Kamil.

Baca Juga: Breaking News: Rekor Tertinggi, Positif Covid-19 di Indonesia Bertambah 2.657 Orang

Ia mengatakan, pihaknya membuka layanan informasi via Pikobar. Lewat layanan itu, masyarakat dapat melontarkan pertanyaan terkait penanganan Covid-19. Dengan begitu, gugus tugas provinsi mengetahui informasi apa yang dibutuhkan masyarakat.

“Topik yang ditanyakan setiap minggu berbeda. Contohnya, pada 28 Juni sampai 4 Juli 2020 tentang tes masif Covid-19, penyaluran bansos, dan akun Sapa Warga. Itu menjadi top aduan. Di Pikobar sendiri aduan terbesar terkait bantuan tunai Kemensos, provinsi, dan seterusnya,” ucapnya.

Emil memastikan pihaknya memegang teguh transparansi, khususnya data soal penanganan Covid-19 dan bansos. Selain itu, gugus tugas provinsi berinovasi dengan menggunakan teknologi race chart guna menyederhanakan data-data Covid-19 yang rumit. Tujuannya memudahkan masyarakat membaca data.

Baca Juga: Buronan Pembobol BNI Ditangkap, Warganet: Kok Harun Masiku Belum Terungkap?

“Kami melakukan inovasi presentasi komunikasi publik. Karena COVID-19 ini indeksnya terlalu banyak, jadi rumit, sehingga kami permudah dengan teknik komunikasi yang simpel,” katanya.

Ia mencontohkan, untuk mengukur pergesaran-pergeseran jumlah kasus positif pihaknya gunakan teknologi komunikasi yang namanya race chart. Race chart ini biasanya menghitung dalam rentan waktu yang panjang pergerakan sebuah statistik.

Media monitoring, pun katanya rutin dilakukan gugus tugas provinsi. Tujuannya mengetahui peristiwa di lapangan lewat laporan-laporan wartawan. “Media monitoring itu kami lakukan. Peristiwa yang sifatnya negatif, kita telusuri, kita perbaiki, dan mudah-mudahan (peristiwa yang sama) tidak terjadi lagi,” kata Emil.***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x