Baca Juga: Rantis Maung Mirip Pesanan Prabowo, Bakal Dijual Bebas PT Pindad ke Masyarakat Umum
Dampak lain dari mewabahnya Covid-19, kata Komarudin, banyak perajin dan penusaha yang beralih profesi ke keahlian lain, seperti buruh bangunan, buruh tani, pedagang dan sebagainya. Hal tersebut kata dia, akan mengganggu proses kaderisasi pengrajin batik di wilayah Jaba.
"Para perajin batik kan memiliki keahlian tertentu saat membatik, tangannyta halus, luwes dan punya daya cipta tinggi. Selama covid, mereka beralih profesi ke bidang lain, sehingga keahlian membatiknya pun pudar. Untuk mengembalikannya lagi, butuh waktu yang cukup lama," terangnya.
Namun dibalik itu, Komarudin bersyukur dengan kondisi pandemi covid seperti sekarang ini, seprti adanya pengakuan dari China bahwa batik merupakan kerajinan tradisional China.
Baca Juga: Tantangan Koperasi di Masa Pandemi Covid-19
"Justru dengan adanya pengakuan ini, memunculkan rasa nasionalisme tinggi dari masyarakat Indonesia bahwa batik milik Indonesia. Ujung-ujungnya perajin dan industri batik yang kecipratan rezekinya. Buktinya industri dan perajin batik sudah mulai bangkit kembali," tambahnya.
Komarudin berharap, idustri dan perajin batik akan benar-benar pulih dan kembali normal pada akhir Desember 2020 mendatang. "Sehingga pada 2021, kita sudah bisa melangkah lebih jauh lagi," katanya.