Indonesia dan Turki Diprediksi Jadi Kekuatan Dunia, 23 Negara Terancam Kehilangan 50 Persen Penduduk

- 17 Juli 2020, 13:05 WIB
WARGA Turki menyambut kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid setelah difungsikan sebagai museum selama beberapa dekade.*
WARGA Turki menyambut kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid setelah difungsikan sebagai museum selama beberapa dekade.* /AFP Photo/Ozan KOSE

GALAMEDIA - Populasi Bumi akan mencapai puncaknya dalam 44 tahun menjadi sekitar 9,7 miliar jiwa sebelum kemudian menyusut. Dan 23 negara terancam kehilangan setengah dari penduduknya. Demikian klaim sejumlah ilmuwan Universitas Washington yang juga memperkirakan Nigeria akan berpenduduk lebih banyak daripada China.

Dan setelah tahun 2064, jumlah total penduduk dunia akan mulai turun akibat  penurunan jumlah anak sekitar 900 juta dan mengurangi warga Bumi menjadi 8,8 miliar pada 2100. Kekuatan baru dunia pun tak terhindarkan, dua di antaranya Indonesia dan Turki melalui terobosan ekonomi.

Baca Juga: Ini Kenangan Manis Ghozali saat Menghadapi Persipura

Populasi hanya akan tumbuh atau tetap stabil jika perempuan rata-rata memiliki 2,1 anak. Tapi pendidikan dan kontrasepsi yang lebih baik akan menghentikan ini di masa depan. Perempuan akan lebih mampu bekerja daripada tinggal di rumah sebagai ibu dan istri. Demikian diungkap tim ahli.

Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Jumat (17 Juli 2020) banyak negara yang saat ini sudah memiliki angka kelahiran lebih rendah dari yang diperlukan untuk mempertahankan populasi, termasuk sebagian besar Eropa, Rusia, Kanada dan AS, Brasil, Cina dan Australia.

Baca Juga: Tampil dengan Rambut Madu, Jelang Kepala Empat Kate Middleton Kian Fresh dan Terlihat Muda

Dalam beberapa dekade mendatang, warga lanjut usia di negara-negara ini akan meninggal dengan laju yang lebih cepat daripada kelahiran dan populasi pun menyusut. Beberapa negara termasuk Jepang, Spanyol dan Thailand akan mengalami penurunan populasi hingga 50 persen atau lebih.

Karena populasi di Barat menyusut lebih cepat daripada di Afrika dan Asia dan  dibutuhkan waktu 80 tahun atau lebih untuk penurunan tingkat kelahiran di negara berkembang, pergeseran kekuatan global tak terhindari.

Baca Juga: Putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka Calon Wali Kota Solo dari PDIP

Nigeria akan menjadi salah satu negara terkaya terbesar di dunia pada akhir abad ini, sementara AS  tetap menjadi kekuatan global teratas kecuali untuk periode selama 30 tahun ketika Cina berhasil menjadi negara superior sebelum kembali jatuh.

India akan menjadi negara terpadat di dunia pada tahun 2100 dengan 1,09 miliar jiwa. Saat ini India memiliki 1,3 miliar penduduk, kedua setelah China (1,4 miliar). Diikuti Nigeria (791 m), Cina (732 m), AS (336 m), Pakistan (248 m) dan Republik Demokratik Kongo (246 m) di Afrika.

Baca Juga: Masa Status PSBB Sudah Habis, Kabupaten Bekasi Ajukan Perpanjangan

Populasi Inggris yang saat ini 66 juta jiwa akan mencapai puncaknya pada 2063 dengan 75 juta jiwa sebelum turun menjadi 71,5 juta jiwa pada pergantian abad.

AS (333 juta) pada puncaknya akan mencapai 363 juta jiwa pada tahun 2062, sebelum turun menjadi 336 juta. Dan ekonomi Indonesia serta Turki akan membuat terobosan hingga menjadi dua dari 12 negara paling kuat pada tahun 2100 karena Brasil dan Rusia merosot di peringkat global.

Baca Juga: Libatkan 100 Dokter dan 12 Jam Operasi Mendebarkan, Bayi Kembar Siam Perempuan Berhasil Dipisahkan

Penelitian dilakukan  tim yang terdiri dari 24 ilmuwan dan dipimpin  Dr. Christopher Murray dan Profesor Stein Vollset dari University of Washington di Seattle. Studi  diterbitkan dalam jurnal medis Inggris The Lancet. Dr Murray mengatakan, “Angka kelahiran diperkirakan akan turun secara global karena semakin banyak negara modern dan peran tradisional perempuan sebagai ibu dan ibu rumah tangga perlahan menghilang.”

Ketersediaan yang lebih baik dan keterjangkauan kontrasepsi di negara-negara yang saat ini memiliki layanan kesehatan yang buruk juga mengurangi kelahiran tak terencana.

Baca Juga: Sempat Dinyatakan Positif Covid-19, Sekjen Komisi Yudisial Tutup Usia

Pendidikan yang lebih baik untuk perempuan, peningkatan hak-hak perempuan dan kesempatan kerja juga menjadikan lebih banyak perempuan berkarier penuh dan cenderung tak memiliki keluarga besar.

Hal ini diproyeksikan akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan populasi dunia dari rata-rata 2,37 anak per wanita  (237 anak dari setiap 100 wanita)  menjadi 1,66, atau 166 anak untuk setiap 100 wanita.

Baca Juga: Harga Emas di Jakarta, Bandung, Surabaya Lagi Turun Nih, Cocok Buat Investasi

Tingkat kesuburan harus stabil di angka dua agar populasi tetap stabil dan 2,1 agar meningkat. Sebanyak 23 negara diperkirakan mengalami penyusutan populasi 50 persen atau lebih.

Mereka yaitu Latvia, El Salvador, Puerto Riko, Jamaika, Uni Emirat Arab, Bulgaria, Kroasia, Ukraina, Kuba, Romania, Polandia, Andorra, Moldova, Saint Vincent dan Grenadines, Bosnia dan Herzegovina, Portugal, Taiwan, Jepang, Serbia , Slovakia, Sri Lanka, Thailand dan Spanyol.

Baca Juga: FBI Turun Tangan Selidiki Peretasan Akun Twitter Tokoh Amerika Serikat

Meski ada  kekhawatiran tentang penyusutan populasi, akselerasi lansia dan dampak ekonomi, semua hal itu dikatakan Profesor Vollset jangan sampai  mengarah pembatasan hak perempuan.

"Penurunan populasi kemungkinan akan menjadi perhatian utama di banyak negara, tetapi ini tidak boleh mengkompromikan upaya untuk meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan atau kemajuan dan hak-hak mereka."***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x